63 | Pregnant

7.8K 619 7
                                    

Ada yang berbeda pada tubuh Keifani, dia merasakan demam, pusing, dan mual secara bersamaan. Awalnya dia pikir karena dirinya terlalu hetic pada pekerjaannya, jam makan bahkan tidurnya pun menjadi terganggu. Belum stress akibat kiriman untuknya sebulan yang lalu.

Maka dari itu dia memutuskan mampir ke rumah sakit sepulang dari kantor untuk memeriksa keadaannya, Keifani tidak mengatakan apa-apa pada Darius. Dia hanya mengirim pesan berkata akan pulang terlambat tetapi tidak mengatakan alasannya dengan jelas, beruntung lelaki itu tak banyak bertanya setelahnya.

Sepertinya Darius juga sedang hetic di kantornya.

Setelah mendaftar dan diberi nomor antrean, Keifani mengambil duduk di ruang tunggu. Netranya menyapu sekeliling menatap beberapa perawat yang berlalu-lalang di depannya, sampai namanya dipanggil dia bangkit berdiri melangkah masuk ke ruang pemeriksaan.

"Saya sarankan Ibu Kei ke dokter kandungan, saya rasa ibu sedang mengandung. Jadi untuk itu jika Ibu ingin tahu perkembangan janinnya."

Keifani kembali mengingat perkataan dokter setelah memeriksa kondisi tubuhnya, jujur dia sempat terkejut dengan berita besar yang baru saja diterimanya.

Dirinya sedang mengandung? Hamil anak Darius, suaminya.

Hatinya seolah membuncah bahagia, tak dapat disangkal dia sangat senang. Apalagi janin ini sangat dinantikan oleh keluarga mereka, walau mami, papi, dan bunda tidak pernah menuntutnya untuk segera hamil. Nyatanya dia tahu mami, papi, dan bunda sangat berharap segera diberikan cucu.

"Usianya baru empat minggu, ini coba dilihat, Bu. Masih kecil sekali, kan? Seperti biji kacang." Keifani tersentak mendengar suara dokter, matanya berkaca-kaca menatap lekat layar yang menampilkan janin yang baru tumbuh di dalam rahimnya. Dia bahkan tidak sadar jika proses USG telah berakhir saat suster membantunya bangun.

Keifani duduk berhadapan dengan dokter kandungan, perempuan paruh baya itu tersenyum ramah.

"Karena janinnya masih sangat kecil, saya akan berikan Ibu vitamin penguat kandungan, dan juga obat maag khusus Ibu hamil. Diminum dengan rutin ya, Bu. Bulan depan Ibu datang lagi periksa ya, kalau bisa sama suaminya. Bapak pasti pengen lihat anaknya juga."

Keifani tersenyum kecil. "Terima kasih, Dok."

Dia pamit undur diri, langkahnya begitu pelan seraya mengelus perutnya yang masih rata. Keifani sungguh tak sabar memberitahukan pada Darius, senyumnya semakin merekah hingga tak sadar tubuhnya hampir limbung akibat seorang dari belakang menyenggolnya.

"Ah, maaf, Mbak. Saya nggak sengaja."

Keifani memutar badannnya, lantas menegang begitu melihat orang yang menyenggolnya tanpa sengaja. "Bella?"

Perempuan itu membelalak tetapi dengan cepat mengatur raut wajahnya menjadi sinis. "Kamu?" tanya Bella mendecih. "Ngapain kamu di sini?"

Alis Keifani terangkat, menganggap aneh pertanyaan Bella. "Ini tempat umum, bisa didatangi sama siapa saja. Lagian setahu saya kamu itu model bukan pemilik rumah sakit ini, jadi saya rasa kamu nggak punya hak bertanya seperti itu!" Dia menjawab dengan tajam, Keifani mengakui Bella dilihat dari dekat sangat cantik. Walau ditunjang dengan mata panda yang terlihat sayu, bibir pucat pecah-pecah, juga tubuhnya semakin kurus, dan perutnya... tunggu dulu, Keifani menurunkan padangannya pada perut Bella yang besar.

Bella tidak mungkin hamil, kan?

Bella menyadari arah pandang Keifani, sontak mendapatkan ide yang tiba-tiba melintas di kepalanya. Ini adalah kesempatannya, memasang senyum culas dia mundur dua langkah lalu mengelus lembut perutnya yang kini memasuki delapan bulan.

Loveable Ties (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang