58 | Sebuah Pesan

6.4K 602 17
                                    

Sejak insiden kecelakaan itu, Keifani dan dilarang pulang ke apartemen. Walau Lena sudah ditahan oleh pihak kepolisian tetapi papi tidak mengizinkan mereka keluar dari rumah, Darius dan Keifani sudah sebulan lebih tinggal di rumah, meski harus pulang pergi dengan jarak yang jauh. Dia tak pernah lagi mempermasalahkannya, sebab keamanan Keifani bisa terjaga baik.

Weekend ini Keifani dan Darius berencana menemui bunda di Bogor, sudah lama sekali Keifani tidak bertemu bunda. Dia sangat tidur pada perempuan yang melahirkannya di di dunia ini.

"Kita beneran nggak usah bawa buah tangan untuk keluarga di Bogor?" Pertanyaan Darius sejak tadi terus diulang oleh lelaki itu hingga membuat Keifani bosan.

"Kata Bunda nggak usah, Mas. Lagian semua keluarga lagi ke Bandung ngantar Kimi yang mau kuliah, jadi yang di Bogor cuma Bunda dan Mas Coki aja kok."

Darius mengangguk mengalah. "Oke."

Perjalanan mereka ke Bogor sempat terhalang macet akibat kecelakaan, beruntung tak hanya butuh waktu lama Ferrari Darius bisa kembali jalan.

Darius dan Keifani tiba di Bogor sebelum makan siang, suasana rumah sangat sepi tetapi hawanya cukup sejuk. Pantas bunda lebih memilih tinggal di sini ketimbang rumah yang di Jakarta, karena suasananya tenang dan damai.

"Mas, kita ceritanya sama Bunda pelan-pelan ya, aku takut tensi Bunda naik dengar aku hampir ditabrak Lena."

"Iya, Sayang." Darius mengelus rambutnya lembut. "Mas akan bantu jelasin ke Bunda ya." Keifani mengangguk.

Bunda dan Coky---Amri Warinto---kakak sepupu Keifani, menyambut kedatangannya di depan pintu.

Keifani berlari ke arah bunda lalu memeluknya erat. "Bunda, aku kangen banget."

Bunda pun membalasnya tak kalah erat, tangannya beberapa kali menepuk punggung Keifani lembut. "Bunda juga, Sayang." Setelah melepas pelukannya, bunda beralih memeluk Darius.

"Kamu apa kabar, Nak?" tanya bunda kemudian.

"Sehat, Bun. Bunda sehat, kan?" Bunda mengangguk semangat.

"Bunda sangat sehat, Nak."

"Bude, masuk yuk. Kei dan Darius pasti capek," celutuk Coky tiba-tiba.

Bunda menepuk pelan keningnya. "Astaga, Bunda lupa. Yuk, masuk masuk. Kalian pasti lapar, kan? Bunda abis masak."

Keifani mengandeng lengan bunda berjalan beriringan, di belakangnya ada Coky dan Darius yang mengikutinya.

Bau masakan tercium begitu memasuki ruang makan, banyak makanan dihidangkan di atas meja. Salah satunya sup ceker ayam, perkedel kentang, ikan bakar, dan sambal tarasi.

"Gue udah lapar dari tadi, tapi kata Bude belum bisa makan. Nunggu kalian dulu," kata Coky mengambil piring dan mengisinya dengan berbagai makanan.

Keifani dan bunda geleng-geleng kepala melihat kelakuan Coky, sedangkan Darius hanya meringis kecil.

Keifani mengambilkan makanan untuk Darius, lalu untuk bunda, baru terakhir untuknya. Mereka makan diselingi obrolan ringan.

"Lo sih, Kei. Datang pas yang lain ke Bandung," kata Coky disela suapannya.

"Ya gimana lagi, Mas. Gue kan kerja, Mas Darius juga, jadi harus atur waktunya jauh-jauh hari dulu."

Mata Coky beralih pada Darius. "Us, lo suka main game online nggak?"

Darius mendongak, senyumnya dipaksakan karena panggilan Coky untuknya sama seperti Taufik. Jika dia akan menegur Taufik, tetapi tidak untuk Coky. Mana berani dia menegur kakak sepupu istrinya. Dia harus jaga image dong, kalau dulu Darius tak peduli tentang pandangan keluarga Keifani, beda lagi kalau sekarang.

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now