21 | Sang Penggoda

9.8K 763 48
                                    

Darius uring-uringan, sudah seminggu Bella tidak bisa dihubungi begitupun dengan Tiana. Padahal selama Bella punya pekerjaan di luar kota ataupun luar negeri, perempuan selalu itu bisa dihubungi jadi bagaimana bisa kekasihnya mendadak tidak ada kabar sama sekali.

Pekerjaan terbengkalai, makan tidak teratur, dan susah tidur. Bisa dibayangkan mata panda Darius semakin terlihat nyata, Keifani beberapa kali menanyakan keadaannya tetapi dia selalu menghindar dan mengatakan baik-baik saja. Darius tertawa miris, baik-baik apanya? Dirinya saja sudah seperti mayat hidup.

Darius bingung mau mencari tahu Bella kemana, kekasihnya itu yatim piatu, punya kakak perempuan yang sudah menikah tetapi belum pernah sekalipun Darius bertemu dengannya. Dia baru sadar dua tahun menjalin hubungan Darius tidak pernah bertemu dan berkenalan dengan satu-satunya keluarga yang dimiliki kekasihnya itu.

Bella juga tidak punya teman atau sahabat dekat selain Tiana, sejak dulu yang dilakukannya kerja dan kerja tanpa menikmati hidup seperti nongkrong bersama teman di resto atau sekedar bergosip di coffe shop. Kekasihnya sangat mandiri dan pekerja keras, itulah yang membuat Darius kagum padanya, itu juga membuatnya mendukung karirnya sebagai model.

Meski Darius sangat was-was dengan dunia model yang terkenal bebas, minum alkohol, pesta, dan narkoba. Setiap Bella izin ingin ke salah satu club malam atau bar, Darius akan memantaunya lewat Tiana. Dia tidak ingin Bella terjebak dalam dunia malam.

"Muka lo kenapa?" Darius mendongak menatap tajam Taufik duduk santai di hadapannya.

"Berapa kali gue bilang kalau masuk biasakan ketuk pintu dulu." Darius mengabaikan pertanyaan Taufik.

Taufik memutar bola matanya. "Muka lo kenapa?" Dia mengulang pertanyaannya. "Nggak dapat jatah dari Kei, ya?"

Darius mendengus, tidak menjawabnya. Selain malas, dia tidak mood saat ini. Bisa-bisa Taufik menjadi sasarannya untuk melampiaskan kekesalannya.

"Gue sibuk! Lo lebih baik keluar dan kembali bekerja, jangan makan gaji buta!"

"Hei, Bung! Siapa yang makan gaji buta sebenarnya?" Taufik tak terima.

Darius mengibaskan tangannya mengusir Taufik, lelaki asli keturunan sunda itu mendengus kesal kemudian beranjak dari duduknya melangkah keluar dari ruangan Darius, dia tak ingin menganggu sahabatnya ketika sedang dalam mood yang tidak bagus.

Begitu Taufik menghilang dari balik pintu, Darius kembali menatap ponselnya. Tidak ada balasan dari Bella maupun Tiana, ke mana mereka?

Banyak pertanyaan di dalam benaknya tetapi tak ada satu pun jawaban didapatnya, hingga membuatnya semakin pusing rasanya kepalanya akan segera pecah. Darius melempar ponselnya ke atas meja, dia menyugar rambutnya sebelum bangkit mengambil kunci mobil dan ponselnya sebelum meninggalkan ruangannya.

"Mau ke mana lo?" tanya Taufik.

"Gue keluar bentar, lo periksa barang masuk ya." Tanpa menunggu jawaban Taufik, Darius berlari ke parkiran.

"Hoi, Us!" teriak Taufik. "Sial! Bukan gue yang makan gaji buta tapi lo!"

Helen tertawa kecil, Taufik mendelik. "Apa lo?"

"Bos jangan suka marah-marah dong, nanti cepat tua," seru Dika yang kebetulan berada di situ juga, Helen terkikik.

"Gimana gue nggak marah? Punya patner kayak Us-Us bikin naik darah! Ya, Allah. Dosa apa gue punya teman kayak dia!" Taufik mengangkat kedua tangannya dengan gaya lebai.

Meski sering kesal dengan sikap seenaknya Darius, dia tak akan bisa marah padanya begitupun sebaliknya. Persahabatan mereka memang aneh, selain saling menyayangi dan melindungi. Mereka juga sering saling menggoda dan berdebat hal yang tak penting.

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now