Dua

119 16 0
                                    

(Jung Yun Oh)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Jung Yun Oh)


March 2015, at Ehren Senior High School.

Seorang gadis berseragam SMA sibuk meringkuk ketakutan di pelataran sebuah gedung perpustakaan yang terdapat di lingkungan sekolah barunya. Hwang Ji Na, nama yang tersemat di jas seragam sekolahnya berulang kali mengetuk-ngetuk layarnya tak sabaran. Ia memperhatikan jam yang terus bergulir pada layar ponselnya sambil menunggu panggilan masuk dari sepupunya. Boo Seung Kwan, putra dari Bibinya⸺adik dari mendiang Ibunya⸺berjanji sekitar setengah jam yang lalu bahwa ia akan segera meluncur untuk menjemput Ji Na. Tapi, entahnya di mana pria menyebalkan itu. Ia membiarkan Ji Na melawan ketakutannya sendirian setiap kali petir menyambar begitu dramatis.

Oh, ya, Ji Na tak pernah suka hujan. Kalau hanya hujan, tak masalah. Tapi, bila dengan petir, maka Ji Na akan angkat tangan. Setiap kali petir, Ia akan teringat mendiang Ibunya dulu yang selalu memberikannya pelukan nyaman sambil membantu Ji Na menutup kedua telinganya dari kerasnya sambaran petir.

"Seharusnya aku ikut Ayah ke Berlin saja," Ji Na menggerutu marah, sambil mencengkram kedua lengannya kuat-kuat.

Kepindahan Ayahnya kembali ke negara asalnya; Berlin, diambil setelah 3 tahun mendiang Ibu Ji Na pergi. Ji Na sudah terlanjur bersekolah di Korea, akhirnya malas untuk mengikuti keputusan Ayahnya tinggal di Berlin. Alhasil, Ayahnya menitipkan Ji Na di rumah Bibinya sampai gadis itu menyelesaikan sekolahnya dan siap pergi ke Berlin setelah lulus.

TAR!

"Huhu~ Ayah~" gadis itu menyembunyikan wajah di lututnya erat-erat saat suara petir kembali menyambar. Ia mungkin akan pingsan sebentar lagi jika saja seseorang tak mengalihkan perhatiannya.

Ji Na merasakan seseorang baru saja memakaikan headset di kedua telinganya dan membiarkan sebuah lagu terputar cukup keras mengisi gendang telinganya. Ia bahkan merasakan seseorang meletakkan ponsel di tangannya. Melawan rasa takutnya, gadis itu mengangkat kepalanya dan mendapati seorang siswa berkaca mata yang berdiri di sisi kanannya.

"Tom Misch, I Wish," tutur pria itu sambil membenarkan posisi kaca matanya. "M-maksudku, itu...itu lagu cukup bagus untuk membuatmu sedikit lebih nyaman saat ketakutan. Kurasa."

Ji Na membaca nama yang ada di nametagnya. Jung Yun Oh. Pria dengan cardigan hangat berwarna kuning bergaris-garis hitam yang menghangatkan tubuhnya. Pria dengan kaca mata bulat, lengkap dibingkai oleh tatanan rambut hitam tebalnya yang halus. Pria kutu buku itu mencengkram tas ransel di bahunya.

Merasa begitu kikuk karena Ji Na memperhatikannya lekat-lekat, pria bernama Yun Oh itu pun berdeham. "Aku...pulang saja," ucapnya siap melangkah pergi.

"E-eo? Ponselmu?" Ji Na memekik dan berhasil menghentikan langkahnya.

"Aku punya yang lainnya di rumah."

Ji Na mengangkat salah satu alisnya. "Apa kau baru saja sombong kalau kau orang kaya, huh?"

TWINS : My First and My LastWhere stories live. Discover now