Empat Puluh Tujuh

141 10 3
                                    

#Desclimer :
Episode kali ini akan panjang. Jadi, siap-siap jempolnya buat vote dan komen!!
Love you!

Enjoy~

*

Kegiatan memasangkan kancing kemeja dan dasi Jae Hyun kali ini menjadi kegiatan yang agak mendebarkan, namun sangat menyenangkan. Jarak yang Ji Na ambil untuk berhadapan dengan Jae Hyun benar-benar jauh lebih rapat dari biasanya. Tangan Jae Hyun bahkan mendukungnya dengan melingkar di pinggang Istrinya, menahan tubuh Ji Na agar tidak pergi menjauh darinya. 

Kedua pasang mata suami istri ini kompak saling curi pandang. Jae Hyun yang fokus mematok tatapan dalamnya pada kedua netra cantik Istrinya. Dan, Ji Na yang sesekali mencuri pandang ke arah Jae Hyun sambil menyimpulkan dasi di leher Suaminya. 

Wanita itu tersenyum lebar. “Kau menatapku terus. Jangan begitu,” komentarnya masih sambil menyimpulkan dasi. 

“Salahmu karena cantik sekali,” Jae Hyun merayunya. Tentu, dengan nada sangat berlebihan. “Ahh, aku tidak tau apa yang membuatku sangat tahan dengan kegiatan ini dulu?”

Ji Na menatapnya sambil mengernyitkan dahi. “Tahan?” tak mengerti. 

Jae Hyun mengangguk. “Tahan untuk tidak melakukan ini.”

SRET.

Jae Hyun menarik pinggang Ji Na merapat padanya, untuk kemudian ia daratkan ciuman dalam di bibir Ji Na. Pria itu menyambung alunan ciuman yang intim sejenak, mencecap setiap jengkal bibir Ji Na yang berubah menjadi lebih plum hanya dalam waktu semalam karena ulahnya. Oh, Jae Hyun tak bisa berhenti menciumnya, melumat dan menghabisi bibir Istrinya. Candu sekali. 

Ji Na pun kecanduan. Ia tentu saja tak pernah mempermasalahkan mau berapa kali dan berapa lama Jae Hyun menghabisi bibirnya. Bibirnya siap babak belur berkelahi dengan bibir Jae Hyun. Bahkan, tangannya yang semula bertengger pada simpul dasi yang hampir selesai, akhirnya menarik simpul dasi itu sebagai sentuhan terakhirnya. Begitu dasinya selesai terikat dengan sempurna di leher suaminya, giliran kedua tangan Ji Na yang melingkar di leher Suaminya. Memperdalam ciuman mereka pagi ini. 

Saat Jae Hyun menyudahi ciumannya, Ji Na mengusap pipinya sambil menatapnya dalam. 

“Aku suka berciuman denganmu,” tutur Ji Na jujur. 

Jae Hyun merespon dengan mengangkat dua kali kedua alisnya. Bangga.

“2 menit lagi, boleh?” Ji Na mendekat lagi, menginginkan sesi kedua ciuman panjangnya dengan Jae Hyun.

Si Jahil Jae Hyun belagak memutar pergelangan tangannya sejenak, memperhatikan jam. “Aku ada meeting 1 setengah jam lagi,” ucapnya pura-pura berpikir.

“Tidak boleh?” tanya Ji Na. Meskipun, kedua tangannya sudah menarik wajah Jae Hyun mendekat. 

“Aku bisa 5 menit,” Jae Hyun menyumpal bibir Ji Na lagi.

“5 menit terlalu lama, haha…”

Tapi, ya, meskipun tak tau apakah benar sampai 5 menit, tapi sesi kedua ciuman panjang itu tercipta lagi. Jae Hyun bahkan mengangkat tubuh Ji Na, ia dudukkan di atas nakas ruang tengah itu agar Ji Na bisa lebih nyaman mengadu ciuman dengannya. 

Rasanya benar-benar seperti kue yang baru matang dari oven. Hubungan Ji Na dan Jae Hyun benar-benar sedang panas-panasnya, sedang manis-manisnya. Tak heran jika tak ada menit yang dihabiskan tanpa mesra. Keduanya pun sepakat untuk tidak terlalu memikirkan hal-hal yang tidak perlu. Yang penting mereka bersama. Menciptakan kebiasaan baru di kehidupan rumah tangganya yang mulai memasukkan bumbu cinta di dalamnya. 

TWINS : My First and My LastWhere stories live. Discover now