Lima Puluh Lima

88 7 2
                                    

Beberapa hari usai Jae Hyun pulih dan diizinkan untuk pulang ke rumah, siang ini pasangan suami istri itu memilih untuk menghabiskan waktu di rumah. Lebih tepatnya, Jae Hyun dilarang oleh Sang Istri untuk masuk ke kantor terlebih dahulu selama beberapa hari ke depan sampai ia benar-benar pulih. Jadi, pria itu menurut. 

Siang ini, dari arah jendela dapur, Ji Na mendapati Sang Suami tengah menelphone seseorang di taman belakang. Ji Na menduganya, mungkin Sung Jin atau Pengacara Han. Pasalnya sejak Jae Hyun perlahan-lahan kembali pulih, pria itu semakin gencar menekan laporannya agar segera ditindak oleh kepolisian. Ji Na mulai mengerti mengenai ketidaksabaran Jae Hyun atas kasus ini. Ia dan Suaminya sama-sama segera menginginkan kedamaian kembali menyelimuti keluarga kecil mereka. Jadi, ia tak pernah melarang Jae Hyun lagi atas apapun terkait kasus ini.

Usai mencuci kedua tangannya, Ji Na segera mengangkut piring berisi buah-buahan yang telah ia potong-potong untuk ia berikan pada Jae Hyun. Wanita itu melangkah menuju taman belakang sambil memperhatikan ekspresi Jae Hyun dengan seksama.

Jae Hyun terlihat tampan usai mandi selepasnya ia berolahraga tadi. Pria itu mengenakan celana pendek jeans dengan kemeja putih santai yang lengannya ia gulung ¾. Semula posisi pria itu berdiri, mondar-mandir di sekitar sofa panjang yang terletak di taman belakang sambil memijat tengkuknya. Ekspresinya semula terlihat begitu tegang, bahkan kernyitan di dahinya kelihatan jelas dari kejauhan. Namun, perlahan-lahan kernyitan itu hilang bersamaan dengan tubuh Suaminya yang menjadi jauh lebih rileks. Ji Na melihatnya saat Jae Hyun menghela napas panjang. Bahkan, Suaminya berhenti mondar-mandir dan mulai mengambil posisi duduk di sofa dengan siku yang ia sandarkan di atas pahanya. 

“Jadi, kali ini dipastikan Yoo Gyeom tidak bisa berkilah?” ujar Jae Hyun pada seseorang yang berada di seberang telephonenya. 

Ji Na diam-diam menyimak. Wanita itu meletakkan piring buahnya persis di meja yang berada di depan Jae Hyun.

Mendapati kehadiran Sang Istri, perhatian Jae Hyun terpecah dalam beberapa detik. Pria itu menoleh ke arah Ji Na, memberikan isyarat agar Istrinya bisa duduk di sampingnya dengan menepuk-nepuk sofa bagian kirinya. 

“Siapa?” Ji Na membeo tanpa suara, bertanya pada Jae Hyun sambil mengambil posisi duduk di sisi kiri Jae Hyun. Ia memberikan usapan ringan di permukaan paha Jae Hyun. 

“Han Byeonghosanim,” tutur Jae Hyun menginformasikan bahwa ia tengah bicara dengan Pengacara Han. 

Ji Na memberikan jawaban berupa anggukkan. 

“Kalau begitu, syukurlah, Byeonghosanim. Setidaknya ini sudah panggilan kedua untuk Yoo Gyeom. Seharusnya para detektif jadi lebih kritis lagi mengenai dia,” Jae Hyun berujar lagi pada Pengacara Han. 

Ji Na memperhatikan Suaminya. Perlahan, kernyitan di dahi Jae Hyun muncul kembali.

“Aku juga heran. Bukti yang kita kirimkan kemarin mengenai penyusup dan racun sama sekali belum mengarahkan pada seorang tersangka. Penyusupnya bahkan mengatakan dia tidak mengenali siapa yang menyuruhnya meneror Istri Saya. Tapi, bagaimana dalam waktu secepat ini Yoo Gyeom bisa ditangkap kembali?”

Jadi, Yoo Gyeom sudah kembali ditahan, simpul Ji Na. 

“Ada seseorang yang memberikan bukti lain?” Jae Hyun membeo. Ia terlihat agak melotot saking terkejutnya.

Ji Na ikut penasaran. “Jeff, loudspeaker,” pintanya.

Jae Hyun pun mengeraskan panggilannya dengan Pengacara Han. 

“Iya, Jae Hyun-ah. Kemarin aku mengobrol dengan Detektif Yong, infonya ada seseorang tanpa nama yang tiba-tiba menghubunginya dan mengatakan kalau ia punya bukti lain terkait kasus Istrimu. Buktinya terkait info hacker yang dulu dibayar untuk menyadap identitas Istrimu. Hackernya membuat video pengakuan bahwa dialah yang dibayar untuk menyadap, lengkap dengan nama dan identitas dirinya sendiri,” jelas Pengacara Han.

TWINS : My First and My LastWhere stories live. Discover now