Enam

84 11 0
                                    

Setelah hari berganti menjadi larut malam, Jae Hyun memutuskan untuk kembali ke apartemennya. Ia mendapat persetujuan dari Ayah dan Ibunya lantaran Ibunya pun memerlukan waktu untuk istirahat total. Jika ada Jae Hyun di sana, Ibunya pasti akan memilih untuk sibuk memasak di dapur. Untuk itu, Ayahnya setuju saat Jae Hyun memilih kembali ke apartemennya.

Pria itu membanting tubuhnya ke atas ranjang empuknya, lantas menutup kedua matanya dengan tumpuan lengan. Ia super duper lelah. Hati, pikiran bahkan tubuhnya. Semuanya sangat lelah setelah dipaksa bekerja ekstra tanpa istirahat.

Ucapan Ibu dan Ayahnya terngiang dalam benak Jae Hyun. Semua tentang Ji Na. Tentang bagaimana wanita itu membantu Yun Oh. Tentang Jae Hyun yang tak tau terima kasih dan membiarkannya pergi, padahal ia tak punya siapa-siapa di Korea.

Pria itu teringat sesuatu. Ia membuka matanya, menoleh ke arah nakas dekat lemari yang menyimpan tas tangan beserta koper milik Ji Na yang disimpan Sung Jin di sana. Berita paling buruk apa yang akan terjadi tentang wanita itu kalau Jae Hyun benar-benar membiarkannya di Korea tanpa sepeser uangpun?

"Ish!" Jae Hyun menyentak tubuhnya, kakinya menendang udara, "terserah."

Kedua kelopak mata Jae Hyun baru tertutup selama beberapa saat. Tapi, suara dering telephone telebih dahulu mengganggu ketenangannya. Jae Hyun jadi repot-repot harus mengulurkan tangan⸺masih dengan mata terpejam⸺meraih ponselnya dari dalam saku celananya.

"Ya?" jawab Jae Hyun begitu telephone nya tersambung entah dengan siapa, karena Jae Hyun tak melihat yang menelphonenya.

"Apa ini dari keluarga mendiang Jung Yun Oh?" suara pria dari seberang telphonenya terdengar begitu santun.

Jae Hyun membuka matanya. Ia melepaskan ponsel dari telinga dan melihat nama kontak di layar ponselnya. Berasal dari Yonghwajin Cemetery, tempat Yun Oh dimakamkan.

"Iya benar. Saya kakakknya," Jae Hyun menarik tubuhnya terduduk. "A..ada apa?"

Kepalanya mulai sibuk menduga-duga banyak hal. Salah satunya tentang Ji Na.

Apa wanita itu....datang ke sana? Pikir Jae Hyun.

"Begini, Tuan. Saya petugas Yonghwajin Cemetery. Saya menemukan seorang wanita di makam mendiang Jung Yun Oh pingsan. Saya khawatir wanita ini dari keluarga Jung Yun Oh karena sejak tadi siang ia terlihat di makam Jung Yun Oh dan tidak mau pulang. Malam ini, saat saya memeriksa sekitar, wanita ini justru didapati pingsan. Sekarang ada di salah satu ruangan dan sedang menunggu dokter tiba."

Ya, kan. Benar, kan.

Kepala Jae Hyun langsung pusing seketika. Pria itu memijat pelipisnya sejenak.

"Baik. Saya ke sana sekarang," sambar Jae Hyun.

"Baik, Tuan."

Begitu sambungan telephonenya terputus. Jae Hyun segera beranjak dari tempatnya. Merebut tas, jaket hingga kunci mobilnya serampangan lantas mengambil langkah secepat yang ia bisa untuk menuju pemakaman Yun Oh.

*

Tergesa-gesa. Entah apa yang membuat Jae Hyun begitu tergesa-gesa, padahal Ji Na tak ke mana-mana. Wanita itu pingsan dan pastinya masih ada di salah satu ruangan di Yonghwajin Cemetery. Namun, ia begitu ingin cepat sampai.

Tangannya mendorong pintu kayu yang menjadi penghubung lobby dengan salah satu ruangan yang disebutkan petugas Yonghwajin Cemetery beberapa waktu lalu. Jae Hyun langsung mendapati dua orang pria⸺sebagai petugas, dan satu dokter wanita yang tengah memeriksa Ji Na. Wanita itu bahkan sudah terlihat membuka matanya dan membiarkan dokter memeriksa bagian perutnya.

TWINS : My First and My LastWhere stories live. Discover now