Dua Puluh Sembilan

103 9 1
                                    

"Selamat datang, Hyung,"

Sembari beriringan langkah dengan Chan Sung, Jae Hyun memimpin langkah kakak iparnya memasuki gedung perusahaan Jung's. Kedua pria dengan balutan jas resmi itu memendarkan karismanya ke setiap penjuru gedung.

"Besarnya kantormu, Jae Hyun-ah," puji Chan Sung di sampingnya.

"Kantor Ayahku, Hyung," koreksi Jae Hyun, merendah. "Lagipula, Jung's juga bagian dari ARDNT. Kantor ini juga kantormu."

Chan Sung tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala.

"Apa adikku pernah ke mari?" tanya Chan Sung begitu samar-samar ia mendengar nama Ji Na disebut-sebut di tengah-tengah para wanita.

Pertanyaan itu berhasil membuat Jae Hyun berdeham kikuk. Ia teringat kejadian romantis yang tak terencana telah ia lakukan di tengah lobby ini. Jae Hyun jadi meremang begitu ingatan itu muncul.

"Iya, waktu itu Daepyonim bahkan mencium istrinya di depan umum. Kau tidak lihat video yang disebarkan, huh?"

"Belum. Ah, kupikir rumor tentang hubungannya dengan istrinya yang tidak baik itu benar."

"Tidak. Mereka bahkan sangat mesra. Jadi, berhentilah mengharapkan Daepyonim mulai sekarang."

Percakapan di tengah dua pegawai wanita itu terdengar hingga ke telinga Chan Sung dan Jae Hyun yang sibuk menunggu di depan lift.

"Ekhm," Jae Hyun berdeham, agak lebih keras untuk mengingatkan kedua pegawai wanita yang sibuk bergosip itu. Mereka lantas memberi hormat dan meninggalkan Jae Hyun dengan kasak-kusuk.

Sementara, Chan Sung menyunggingkan senyum miring.

"Kalian sudah berciuman?" ledek Chan Sung jahil.

"A-anu...bukan begitu, Hyung," Jae Hyun mengusap tengkuknya; malu, "Waktu itu, rumor tentang kontrak pernikahanku tersebar di kantor. Tak nyaman rasanya mendengar rumor itu. Jadi... ya..."

"Tak apa, Jae Hyun-ah," Chan Sung menepuk bahu Jae Hyun. "Dia kan istrimu."

Jae Hyun menggigit bibir bawahnya. "Bukan ciuman yang kau bayangkan, Hyung. Mereka hanya melebih-lebihkan."

Chan Sung memilih untuk mengangguk-anggukkan kepala, lengkap dengan senyuman yang semakin lebar ditarik oleh bibirnya.

"Ngomong-ngomong, pagi ini aku ada rapat terkait rencana pembukaan ARDNT, Hyung. Ikutlah denganku."

"Boleh?"

"Tentu."

*

"Oppa, pilih satu," Ji Na berdiri di hadapan Min Hyun dengan dua hanger pakaian di tangan kanan dan kirinya. "One piece warna hitam," ia memasang pakaian di tangan kanannya di hadapan tubuhnya, "atau, two piece hijau sage?" dan berganti memasang pakaian di tangan kirinya.

Min Hyun meletakkan remote nya sejenak ke atas meja. Memberikan perhatiannya sepenuhnya pada adiknya yang sedari tadi begitu sibuk mempersiapkan diri secantik mungkin saat dirinya diberi kabar bahwa Jae Hyun akan mengajaknya jalan-jalan. Senyum Min Hyun terangkat naik; penuh makna. Ia teringat kejadian yang tak sengaja ia lihat di kamar Jae Hyun semalam.

"Kenapa diam saja, Oppa?" Ji Na menyerobot tak sabaran. Ngomong-ngomong, ia sudah begitu cantik dengan riasan tipis dan rambut yang ia gulung ke tas.

"Oh, bukan. Aku hanya berpikir, apa kau bermaksud mau ke pesta?" Min Hyun menyindir terusan hitam mewah yang menjadi salah satu opsi yang Ji Na berikan.

Ji Na lantas memperhatikan terusan hitamnya, setelah itu tertawa hambar. "Hehehe... Yang ini terlalu mewah, ya?"

Min Hyun menjawab dengan anggukkan kepala.

TWINS : My First and My LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang