Empat Puluh Lima

128 12 9
                                    

"JUNG JEFFREY!!!"⸺DDDUUAARR!!⸺"Arrgh!"

Jae Hyun menarik rem motornya. Meskipun deru motornya sangat keras. Suara hujannya juga tak kalah keras. Namun, jeritan Ji Na jauh lebih jelas di telinga Jae Hyun lebih dari apapun.

Pria itu menoleh. Kedua matanya terbelalak begitu lebar mendapati Ji Na meringkuk di tengah hujan. Ia pun buru-buru melepaskan helmnya, membuangnya sembarangan dan berlari serampangan menghampiri Ji Na. Ia menghampiri cintanya. Lagi.

"Apa yang kau lakukan?!" Jae Hyun memekik marah karena tindakan sembrono Ji Na yang memutuskan untuk mengejarnya di tengah hujan. Pria itu berjongkok, meraih kedua tangan Ji Na yang menutup kedua telinganya erat-erat.

Merasakan sentuhan Jae Hyun, Ji Na pun mengangkat kepalanya. Isakkannya semakin kuat begitu netranya bisa menangkap wajah Jae Hyun sedekat ini lagi. Tangannya pun terulur, mencengkram kuat-kuat jaket kulit yang Jae Hyun kenakan.

"Jangan tinggalkan aku," Ji Na terisak hebat. "Jeff, jangan tinggalkan aku."

Jae Hyun terenyuh. Ia hanya bisa menatap kedua bola mata Ji Na yang sangat basah dengan guyuran air mata yang jatuh bersamaan dengan bulir-bulir hujan di wajahnya. Amarahnya lenyap. Melebur saat Ji Na terisak, merengek padanya.

"Apapun yang terjadi, jangan pergi," Ji Na menggeleng kuat. "Aku tak sanggup. Jeffrey, please."

Jae Hyun menahannya. Seluruh saraf di tubuhnya yang sangat ingin segera memeluk Ji Na.

"Kenapa? Kau bilang tidak ingin mempertahankannya tadi?" tantang Jae Hyun.

"Jeff~" Ji Na merengek.

"Kenapa, Ji Na? Kau sulit mengatakannya?"

Cengkraman Ji Na menguat pada jaket kulit Jae Hyun.

Jae Hyun menantikannya. Pernyataan cinta Ji Na padanya. Apapun yang membuat Jae Hyun siap membawanya kembali untuk pulang. Tapi, Ji Na tak mengucapkan apapun.

"Kuantar kembali ke restoran tadi," Jae Hyun baru akan beranjak berdiri⸺

SRET.

⸺Ji Na lebih dulu menarik kerah pada jaket kulitnya. Mendaratkan ciumannya secara serampangan pada bibir Jae Hyun.

Jae Hyun berdebar. Ia ingat saat mengatakan pada Ji Na untuk menciumnya lebih dulu jika wanita itu tak sanggup mengatakan cinta padanya. Dan, saat ini, wanita itu....menciumnya. Sambil terisak. Sambil mencengkram kerah jaket kulitnya kuat-kuat. Sambil melawan ketakutan luar biasanya terhadap hujan. Demi Jae Hyun.

DDUUARR!

Ji Na segera melepaskan ciumannya dan buru-buru bersembunyi di pelukan Jae Hyun saat petir kembali menyambar ketakutannya.

Tapi, percayalah. Detik ini, Jae Hyun lega luar biasa. Meskipun Ji Na tak mengatakan apa-apa.

"Baby," Jae Hyun mengusap punggung Ji Na.

"Aku takut," Ji Na melingkarkan tangannya pada pinggang Jae Hyun, mencengkram kaos pria itu gantian. "Jangan tinggalkan aku lagi, Jeffrey."

Hati Jae Hyun menghangat. Ia mengerti maksud takut yang Ji Na sampaikan. Bukan pada hujan dan petirnya. Tapi, pada kepergian Jae Hyun.

"Babe," Jae Hyun merengkuh wajah Ji Na, membawa wanita itu menghadap wajahnya untuk dapat ia tatap dengan penuh cinta.

"Jeff, aku mencintaimu," Ji Na terisak. "Aku takut kau meninggalkanku karena aku mencintaimu. Aku tak sanggup menghadapinya, Jeffrey."

Jae Hyun mendekat. Meraih bibir Ji Na dengan bibirnya. Ia mencium wanita itu sekali lagi. Memberikan lumatan sangat lembut pada bibir Ji Na di tengah guyuran hujan yang tak kunjung kering.

TWINS : My First and My LastWhere stories live. Discover now