Dua Puluh Satu

84 12 4
                                    

"Wah, lihat kerumunan orang itu."

Ji Na berseru dari balik kaca mobil di bangku belakang, mengomentari kerumunan orang yang memenuhi hampir seluruh pintu masuk menuju bandara yang seharusnya ia dan Jae Hyun lewati saat ini. Oh, ya ampun, mereka harus pergi ke Jeju untuk honeymoon⸺secara formalitas. Tapi, jika proses keberangkatannya harus melalui kerumunan para penggemar Jae Hyun, sepertinya Ji Na menyesal karena telah menyetujuinya.

Wanita itu lantas menoleh, menatap Suaminya yang duduk dengan santai di samping kanannya, "Mereka semua penggemarmu. Apa kau gila, hah? Apa yang kau lakukan sampai bisa seterkenal itu?"

Sung Jin tertawa dari balik kemudi mendengar celotehan Ji Na.

"Kau harus tau faktanya bahwa itu hanya sebagian persen penggemar Jae Hyun yang masih bertahan setelah ia memutuskan untuk menikah denganmu," sambung Sung Jin.

"Wah. Kau sudah gila," Ji Na menggelengkan kepalanya. Ia kembali menoleh menatap horor ke arah kerumunan⸺yang entah bagaimana caranya⸺harus ia belah.

"Terimalah fakta bahwa suamimu ini tampan luar biasa," Jae Hyun merespon sambil memasang masker hitamnya. "Kau harusnya bangga."

Ji Na berdecak. "Aku bangga bahwa hanya aku yang tau bahwa pria bernama Jung Jae Hyun itu aslinya sangat menyebalkan. Mereka semua tertipu. Hah. "

Jae Hyun menyunggingkan senyumnya miring.

"Lalu? Menurutmu bagaimana kita melewati itu semua? Apa tidak ada jalan lain?"

"Cukup percaya padaku," jawab Jae Hyun santai.

Ji Na menatapnya, mencari kepercayaan seperti yang Jae Hyun minta.

"Kau siap?" tanya Jae Hyun sambil menatap Ji Na dalam.

Ji Na gemetar. "Entahlah, aku punya kenangan buruk dengan para penggemarmu," mengingat bahwa ia pernah dikejar dengan begitu brutal dulu.

"Ayolah," Jae Hyun beranjak turun, meninggalkan Ji Na yang sibuk menjerit memanggil namanya.

"Ya! Jae Hyun-ah! Jeffrey! Jae Hyun!! Sial! Ya!!"

Sung Jin terkekeh. "Tenanglah, Ji Na. Jae Hyun adalah artis professional yang pandai membelah kerumunan hahahaha..."

"Ya! Tetap saja, Oppa. Seluruh penggemarnya akan tau wajahku. Mereka terlalu dekat, kan," Ji Na meringsut, bersembunyi ke balik sandaran kursi di depannya. Persisnya, tempat Sung Jin duduk.

"Aman. Pakai maskermu. Siapkan jurus taekwondomu, haha..."

"Ish, kau ini."

CKLEK.

Pintu di sisi Ji Na terbuka, menampakkan Jae Hyun yang berdiri di depannya sambil mengulurkan tangan. Wanita itu terdiam, menatap Jae Hyun ragu. Suara teriakkan para penggemar Jae Hyun yang semakin jelas terdengar⸺setelah pria itu membukakan pintu mobil untuknya⸺membuat Ji Na semakin gemetar ketakutan. Ia tak tau, apa ia benar-benar akan baik-baik saja dengan muncul seperti ini di hadapan para penggemar suaminya.

"Jeffrey," Ji Na menggigit bibir bawahnya.

"Tenanglah," Jae Hyun bergerak, memasangkan masker hitam di wajah Ji Na. "Cukup jangan lepaskan genggaman tanganku nanti. Semua akan baik-baik saja."

Mantra itu seolah bekerja dengan baik untuk menghipnotis Ji Na. Buktinya, Ia langsung percaya begitu Jae Hyun mengatakannya. Seolah, ia benar-benar akan baik-baik saja bersamanya.

Ji Na melempar pandangannya ke belakang Jae Hyun sejenak, memperhatikan kerumunan para penggemar Jae Hyun yang masih berteriak-teriak memanggil nama suaminya. Lantas, menoleh ke arah Jae Hyun lagi.

TWINS : My First and My LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang