Delapan Belas

75 9 1
                                    

Impian mengenakan gaun pernikahan sebenarnya pernah menjadi impian terbesar Ji Na dengan Yun Oh. Ia pernah dengan gamblangnya mengatakan pada Yun Oh apapun yang ia inginkan dalam pernikahannya kelak. Juga, terkait gaun pernikahan yang begitu detail Ji Na celotehkan begitu gamblang pada Yun Oh dulu.

Saat itu, usai ujian salah satu mata kuliah di tahun pertama, Ji Na membuat ruang kelas yang mulanya sunyi dan kosong itu menjadi ramai hanya dengan suara cerewetnya sendiri. Dengan posisi duduk mencondongkan tubuhnya full menghadap Yun Oh yang berada di sampingnya, Ji Na belum menutup bibirnya sama sekali sejak 1 jam menjabarkan mengenai ide pernikahan yang ia inginkan.

"Hoaamm~"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hoaamm~"

"Yun Oh, dengar dulu~"

Wanita itu merengek begitu mendapati Yun Oh dengan jahil menggodanya. Pria itu menopang dagu sambil berpura-pura tertidur pulas di sela-sela celotehan cerewet kekasihnya yang tak kunjung putus.

Alih-alih membuka matanya, Yun Oh tak merepon sama sekali dan mempertahankan sikap pura-pura tidurnya.

Merasakan rengekkannya tak berhasil, Ji Na pun mendekat. Ia melepaskan kaca mata Yun Oh dari bingkai wajahnya dan bergerak mendekatkan wajahnya persis ke hadapan wajah kekasihnya.

"Jung Yun Oh," Ji Na menegurnya sambil mengerucutkan bibirnya; merajuk.

Yun Oh membuka kedua kelopak matanya. Menunjukkan kedua bola mata cokelat jernihnya yang indah sambil tersenyum lebar pada Ji Na.

"Kembalikan kaca mataku, Sayang," pinta Yun Oh lembut tanpa bergerak sama sekali.

"No, no, no. Sebelum kau berjanji akan mendengarkanku sampai selesai."

CUP. Ji Na mencium bibirnya sekilas.

Membuat Yun Oh semakin meninggikan kedua sudut bibirnya.

"Janji?" tagih Ji Na.

"Pacar nakal ini, huh? Kapan kau akan mendengarkanku dan berhenti menciumku di depan umum?"

Ji Na menolehkan kepalanya sejenak ke sekitar ruang kelasnya, meyakini bahwa memang tak ada orang lain di dalam ruang kelas ini selain mereka berdua.

"Kau boleh tidak bisa melihat apapun selain aku sekarang. Tapi, kuberi tau, ya," Ji Na mencium bibir Yun Oh lagi, "tidak ada orang lain di sini, huh?" lantas, ditutup lagi dengan satu ciuman.

"Aish, baiklah, baiklah," Yun Oh menyerah dengan serangan ciuman kekasihnya yang hampir bisa dipastikan tak akan bisa berhenti jika Yun Oh tak segera menyudahinya. Pria itu menegakkan tubuhnya, menjauhkan kepalanya dari serangan ciuman Ji Na.

"Janji dulu," Ji Na mendesaknya.

"Janji," Yun Oh menyodorkan tangannya, meminta kaca matanya kembali.

"Jadi, Yun Ohku Sayang, dengar baik-baik," sambil memasangkan kaca mata Yun Oh kembali ke wajahnya, Ji Na pun mulai menyampaikan kembali keinginannya.

"Aku mau baju pengantin dengan aksen pita besar di punggungnya. Lalu, bahannya satin warna putih tulang. Oh, Yun Oh! Aku mau lengannya sabrina. Kau tau, kan? Yang bahunya terbuka dan memamerkan sedikit dada?"

TWINS : My First and My LastWhere stories live. Discover now