Lima Puluh Dua

90 9 0
                                    

Suara air kolam terdengar begitu sibuk bersahutan akibat terjangan Jae Hyun di dalamnya

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Suara air kolam terdengar begitu sibuk bersahutan akibat terjangan Jae Hyun di dalamnya. Kolam berbentuk persegi panjang beriak setiap kali kaki-kaki kekar Jae Hyun menendang permukaan airnya. Sebagian tubuh atletis tanpa atasan itu terendam air, menciptakan siluet yang begitu indah dari otot-otot punggungnya yang terlihat samar-samar dari biasnya air. Hanya kepala Jae Hyun yang sesekali menoleh demi meraup banyak oksigen selama beberapa detik. Jae Hyun berenang di temani suara kicau burung yang menenangkan.

Sang Suami sudah menghabiskan waktu berenangnya selama kurang lebih setengah jam. Ia sudah memutar reli cukup panjang di kolam persegi panjang di halaman belakang rumahnya itu. Saat di rasa lengannya telah menyentuh tepi kolam, Jae Hyun pun segera meraih pinggiran kolamnya dan menyembulkan kepala. Ia menyudahi reli renangnya sejenak, berdiri di tepian kolam sambil menyibak rambut basahnya ke belakang. 

“Kenapa kau luar biasa tampan dari segala sisi, huh?”

Mendengar desas-desus nyaring dari sisi kanannya, Jae Hyun segera membuka kedua matanya dan menoleh ke arah sumber suara. Senyum pria itu segera tergelar lebar begitu kedua netranya mendapati sosok Istrinya yang telah terduduk manis di tepi kolam samping kanannya. Ji Na bahkan sudah mengganti pakaiannya dengan bikini seksi two pieces, yang hanya terdiri dari bra dan celana pendek yang tak begitu berfungsi sebagai penutup pantatnya. 

Dan, Si Seksi Ji Na itu justru terlihat menggemaskan di mata Jae Hyun. Wanita itu sibuk memainkan kakinya yang telah berada di dalam kolam. Tetapi, matanya ia patrikan pada sosok Jae Hyun. Terlihat jelas sorot matanya menggambarkan betapa terpesonanya Ji Na dengan Jae Hyun saat ini. Dahi indah Jae Hyun yang terpampang dan menampilkan kedua alis tebal Jae Hyun yang rupawan. Jae Hyun tau jelas itu dari kedua mata Ji Na. Jadi, ia begitu percaya diri saat melangkah mendekati Istrinya. 

“Terpesona?” Jae Hyun berdiri di tengah-tengah kaki Ji Na. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Istrinya, sengaja memainkan simpul tali bra yang wanita itu kenakan. 

“Aku mengerti mengapa kau punya banyak sekali penggemar,” Ji Na menangkup pipi Suaminya, memandang ketampanan Jae Hyun sepuas-puasnya. 

Jae Hyun tertawa, hingga kedua telinganya memerah. “Dulu kau meledekku mati-matian. Mengataiku narsis, lah. Sekarang, mengaku kalah telak dengan pesonaku?”

Ji Na mengangguk, tanpa ragu. “Dan, aku bangga karena Si Tampan ini milikku,” tangannya mencubit pipi karet Jae Hyun. 

Senyum Jae Hyun mengembang sangat lebar, dengan kedua lesung pipi yang tercetak indah di pipinya. Pria itu kehabisan kata-kata. Ji Na telah memujanya, ya sudah. 

“Mau berenang?” tawar Jae Hyun. 

Anggukkan kepala kembali menjadi jawaban Ji Na. Wanita itu menjawabnya dengan senyum sumringah sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar; memberi isyarat pada Jae Hyun untuk menggendongnya di dalam kolam.

“Berenang sendiri,” Jae Hyun meledeknya jahil. Ia bahkan mengambil langkah mundur; menjauh.

“Aku tidak bisa berenang,” rengek Ji Na sebal. 

TWINS : My First and My LastKde žijí příběhy. Začni objevovat