Dua Puluh

71 11 0
                                    

Hari berganti malam. Prosesi yang melelahkan itu berakhir. Fiuh, akhirnya mereka bisa berhenti memaksakan senyum. 

Jae Hyun memboyong istrinya⸺Hwang Ji Na, tentu  saja⸺ke apartemennya sementara. Ia dengar kabar, orang tuanya sudah menyiapkan satu rumah mewah untuknya di daerah Gangnam. Sampai rumah itu selesai direnovasi, sepasang suami istri itu akan tinggal di apartemen dalam beberapa waktu. 

Pintu kamar mandi terbuka dan tertutup setelah Jae Hyun menyelesaikan urusan mandinya. Sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk, pria itu melangkah ke luar kamar; mencari Ji Na. Ia penasaran bagaimana kondisi wanita itu sekarang? Setelah tiba di apartemennya beberapa waktu lalu, keduanya langsung berpencar ke kamarnya masing-masing. Jae Hyun di kamarnya sendiri, dan Ji Na di kamar yang tadinya ditempati oleh Sung Jin sebelum ia pindah. 

CKLEK.

Ia membuka pintu. Mendapati Ji Na duduk dengan santai di sofa ruang tengah sambil menonton televisi. Hatinya terenyuh sesaat mengetahui apa yang Ji Na tonton.

Sebuah rentetan video kenangan Ji Na dengan Yun Oh, tak putus-putus terputar dari harddisk yang Ji Na colokkan ke televisinya. Jae Hyun ikut menontonnya dari ambang pintu kamar. Yah, video itu jelas memperlihatkan bagaimana romantisnya hubungan Yun Oh dan Ji Na dulu. Terlihat jelas dari lebarnya tawa Ji Na di video itu, dan betapa nyaring teriakkannya pada Yun Oh setiap kali Yun Oh jahil padanya. 

Mereka saling mencintai, batin Jae Hyun. 

Ajaibnya, Ji Na menonton dengan kedua sudut bibir terangkat naik. Ia tersenyum, sesekali terkekeh pelan menonton tingkah konyolnya sendiri bersama Yun Oh dulu. Yah, itu hal baik bagi Jae Hyun. Jadi, mungkin, ia perlu mendampingi istrinya menonton pria lain saat ini sejenak sampai wanita itu benar-benar menyembuhkan hatinya.

“Ck!” Jae Hyun berdecak sambil mengambil langkah, bergabung duduk di sisi Ji Na, “Istri mana yang menghabiskan malam pertama dengan menonton videonya bersama pria lain, hah?”

Ji Na menoleh ke arahnya, kedua bola matanya bulat membesar dengan gemasnya. 

Tingkah wanita itu⸺menatapnya dengan ekspresi semenggemaskan itu⸺berhasil membuat Jae Hyun salah tingkah. Pria itu bergerak kikuk, berdeham dan melengos beberapa kali.

“Ya, maksudku, apa harus menonton videomu dan Yun Oh malam ini, huh? Kita bisa memutar film lain di Netfl*x, kan?”

Jae Hyun sungguh tak bermaksud mengajak Ji Na…ber…malam…pertama⸺oh! Tak sengaja candaannya ditanggapi begitu oleh Ji Na! 

Ji Na menanggapi dengan decakkan meremehkan. Ekspresinya yang semula terlihat sangat manis dan menggemaskan, berubah menjadi jengkel melirik Jae Hyun. 

“Memang aku berpikir apa, huh? Kau berharap aku menyentuhmu malam ini? Seperti ini?” jari telunjuk Ji Na sengaja ia sentuhkan ke dada Jae Hyun yang berbalut kaos santai hitamnya. 

Aniya!” Jae Hyun menepis tangan Ji Na dari dadanya. “Astaga, aku tak menyangka kau benar-benar berubah total seperti orang lain hanya dalam waktu sebentar. Ke mana wanita yang selalu melodrama kemarin, ha?”

Ji Na terdiam sesaat. Ia  memilih untuk memandang kembali layar televisinya⸺yang kini menampilkan sosok Yun Oh yang sibuk tertawa lebar. Senyum sendu itu pun muncul lagi, tersirat begitu nyata hingga ke sorot mata Ji Na. Terlihat jelas oleh Jae Hyun.

“Kau tau, Jae Hyun? Orang bilang, untuk melupakan seseorang tidak bisa dengan cara membuang semua kenangannya begitu saja. Kau harus menghadapi rasa sakit itu, rasa sepi itu, sampai nanti kau terbiasa dengan sendirinya. Terbiasa dengan rasa sakit itu, jadi, rasanya tidak akan sakit lagi.”

TWINS : My First and My LastWhere stories live. Discover now