Bonus Dua Puluh Delapan

89 12 4
                                    

Pukul 01.20 dini hari.

Satu bantal super empuk menjadi sasaran pelukan dari Si Ji Na yang Ketakutan. Lewat tengah malam, wanita itu berdiri di depan pintu salah satu kamar yang digunakan Chan Sung dan Min Hyun untuk beristirahat. Ia sibuk menimbang-nimbang, apakah ia akan nekat masuk dan mengganggu istirahat kedua kakaknya atau tidak? Alasannya, Ji Na tidak bisa tidur nyenyak karena bayangan film horor tadi mengganggu mimpinya. 

“Huff,” wanita itu menghela napas kasar. “Mereka baru saja sampai Korea. Pasti lelah sekali.”

Ji Na menyerah. Tapi, belum ingin beranjak dari sana. 

“Sedang apa?”

Suara baritone Jae Hyun yang sangat rendah dan berat terdengar dari arah belakang punggung Ji Na. Wanita itu berbalik, lantas menyunggingkan senyum sumringah. 

“Jeff!” 

Respon bahagia Ji Na agak aneh bagi Jae Hyun. Pria itu mengernyit bingung sekaligus was-was. 

“Kenapa tersenyum begitu?” tanya Jae Hyun curiga.

“Aku mau tidur,” jawab Ji Na.

Jae Hyun tau ke arah mana ucapan Ji Na barusan. Ngomong-ngomong, ia sangat ingat ancaman Ji Na saat menonton film beberapa waktu lalu. 

“Kalau aku tidak bisa tidur malam ini, kau tanggung jawab!” begitu ancam Ji Na. 

Jadi, Jae Hyun memilih untuk pura-pura tidak tau dan kabur. 

“Tidurlah kalau begitu,” ucap Jae Hyun sambil berlalu meninggalkan Ji Na. “Selamat malam.”

“K-kok? Ih. Jeffrey~” Ji Na membuntutinya. Mengikuti langkah Jae Hyun sampai ke kamarnya. Tiba di ambang pintu, langkahnya tertahan. Ia sibuk memperhatikan Jae Hyun yang menghampiri tempat tidurnya dan mengambil posisi sangat nyaman di atasnya.

“Jeff,” rengek Ji Na sekali lagi sambil mengeratkan pelukannya pada bantalnya.

“Apa?” Jae Hyun menatap Ji Na malas. 

Sang Istri yang ditatap dengan tajam itu memilih sibuk mengerucutkan bibirnya sambil menatap Jae Hyun penuh harap.

“Mau peluk?” Jae Hyun pun menyerah, akhirnya menawarkan bantuan yang sangat ampuh bagi Ji Na.

Dengan semangat, Ji Na menjawab dengan anggukkan. Wanita itu lantas bergabung, memasuki kamar Jae Hyun, membuang bantalnya⸺yang sudah tidak ia perlukan karena ada Jae Hyun yang jauh lebih nyaman dipeluk⸺lantas melompat ke pelukan Jae Hyun. 

Jae Hyun mendekapnya erat, menyelimutkan tubuh istrinya ke dalam selimut yang sama dengannya. 

“Jangan berisik. Tidur,” titah Jae Hyun, mulai memejamkan matanya.

“Hm,” Ji Na merespon, sambil memposisikan senyaman mungkin dalam pelukan Jae Hyun. 

“Selamat malam, Jeffrey.”

“Malam, Gisa.”

*

Min Hyun terbangun di pukul 3 dini hari. Tenggorokkannya kering dan ia membutuhkan air. Untuk itulah, ia melangkah keluar kamar, menuju dapur untuk mencari segelas air mineral. 

Di tengah kegiatannya, ia mengernyitkan dahinya bingung. Mendapati pintu kamar Jae Hyun yang belum ditutup membuat Min Hyun segera menyudahi minumnya dan melangkah menghampiri kamar Jae Hyun. Dari kejauhan, lampu kamar Jae Hyun juga terlihat masih terang benderang. 

Begitu tiba di ambang pintu dan siap mematikan lampunya, gerakan Min Hyun terhenti. Ia mendapati pemandangan romantis di dalam kamar Jae Hyun yang berhasil menghangatkan hatinya. 

“A-apa mereka sudah seakrab itu?” gumam Min Hyun sangat pelan.

Dari pandangan Min Hyun, terlihat Jae Hyun dan Ji Na yang tidur di atas ranjang yang sama. Min Hyun pikir, tadi ia melihat Ji Na memasuki kamarnya sendiri⸺kamar yang terpisah dengan Jae Hyun. Entah bagaimana ceritanya, ia melihat adiknya tidur di ranjang Jae Hyun. Posisi tidurnya pun tidak terpisah jarak jauh. Ji Na memunggungi Jae Hyun, sementara Jae Hyun terebah nyaman menghadap Ji Na. 

Namun, perlahan posisi itu berubah. Saat Ji Na terusik di dalam tidurnya. Wanita itu terlihat bergerak gelisah sambil mengusap permukaan ranjang di depannya. 

“Jeff,” rengek wanita itu begitu tangannya tak segera mendapati sosok yang dicarinya.

Mendengar rengekkan Ji Na, Jae Hyun pun ikut terusik. Ia membuka separuh matanya⸺tak menyadari posisi Min Hyun karena ia berada di sudut pintu⸺lantas, mengulurkan tangannya untuk menarik tubuh Ji Na kembali ke pelukannya. 

“Shh, menghadap sini,” tutur Jae Hyun sangat lembut sambil kembali mendekap Ji Na. 

Sang Wanita pun terlihat kembali tenang begitu berada di posisi yang tepat. Ia melanjutkan dengkurannya diiringi usapan lembut tangan Jae Hyun di kepalanya. 

Melihat itu, Min Hyun mengangkat kedua sudut bibirnya. Tersenyum sangat lebar. Ia pikir, Ji Na dan Jae Hyun akan sangat canggung sebagai pasangan suami-istri yang terpaksa diikat melalui perjanjian kontrak. Tapi, apa itu barusan? Keduanya bahkan terlihat sangat harmonis.

“Wah, apa aku harus mulai membicarakan mengenai kontrak pernikahan mereka dengan Ayah?” gumam Min Hyun untuk dirinya sendiri, sambil meraih pintu dan perlahan-lahan menutupnya. 

#Authoe's Area

Gimana? Udah nyengir-nyengir kayak kuda belom? Hahaha....

Gatau lagi, lah. Jeffrey Ji Na agak gila romancenya, ya. Udah begitu....belom cinta-cintaan.

Nanti kalo udah cinta-cintaan, ngegas soalnya ^^

Oh, ya, jangan lupa tinggalkan jejak biar Author semangat lanjutinnya ♡

Plus, mampir ke instagram aku, yuk. @_dearmejina

Ada banyak video plus ada satu video teaser. Clue untuk next FF Project ♡

GANTENG BANGET YA ㅠㅠ

TWINS : My First and My LastWhere stories live. Discover now