Dua Puluh Enam

94 9 2
                                    

“Apa? Kau mau aku menegosiasi ulang U’re Welcome Bakery agar mereka mau pindah ke unit lain asal tidak di unit 5?!” Soo Hwa menyambarkan protesnya cukup keras sambil melotot bulat-bulat ke arah Jae Hyun yang duduk di kursi kebesarannya. “Ya! Jangan mentang-mentang kau atasanku dan kau seenaknya minta ubah-ubah unit begitu di detik-detik terakhir kita mau meeting, ya!”

    Jae Hyun memejamkan kedua matanya sambil menjauhkan kepalanya dari serangan amukan Soo Hwa di sebrang mejanya sore ini. Ia tau, keputusan mendadaknya hari ini pasti akan direspon dengan amarah Soo Hwa. Ia hanya terkejut, Soo Hwa masih punya energi luar biasa untuk mengomel sedemikian dahsyat padahal waktu sudah hampir malam. 

    “Aku tau,” Jae Hyun akhirnya bersuara. “Tenang. Aku tidak minta keputusannya di rapat malam ini. Toh, rapat malam ini adalah rapat mendadak saja. Tidak ada hubungannya dengan unit itu.”

    Amarah Soo Hwa mereda. Wanita itu akhirnya menarik punggungnya mundur ke kursinya kembali. “Lalu apa? Kenapa tiba-tiba memintaku membujuk mereka ganti unit? Kau tau kan resikonya mereka bisa membatalkan sewa dengan ARDNT.”

    Jae Hyun berdeham sejenak. Alasan konyol beserta sebuah kenangan kecil yang terbersit di kepalanya membuatnya merasa tolol sekarang. “A-ada sesuatu,” jawab Jae Hyun ragu.

    Soo Hwa tak puas dengan jawaban itu. Ia tetap mencecar Jae Hyun, meskipun hanya menatapnya tajam.

    “Ekhm,” Jae Hyun berdeham lagi. “Tentang Ji Na.”

    “Hah!” Soo Hwa menghela napas sambil membuang punggungnya ke sandaran kursinya. “Sudah kuduga. Pasti ada hubungannya dengan istrimu. Eo? Kau lihat, kau melakukan banyak hal demi Ji Na! Sekarang kau masih mau mengelak kalau kau tidak akan jatuh cinta padanya, eo?!” Soo Hwa bahkan menunjuk persis ke arah dahi Jae Hyun saking gemasnya.

    “B-begini,” Jae Hyun menurunkan perlahan jari telunjuk Soo Hwa dari dekat dahinya. “Ini..tidak ada hubungannya dengan aku akan jatuh cinta padanya atau tidak. Tapi, kemarin dia bercerita sesuatu padaku. Tentang Lieve Frost.”

    “L-lieve Frost?”

    “O. Toko es krim yang waktu itu tidak jadi menyewa di ARDNT karena biayanya terlalu mahal.”

*

Yesterday….

Kemarin, tepatnya jam makan siang saat Ji Na tau-tau datang dan menciptakan kerusuhan romantis di lobby perusahaannya. Alih-alih membawa Ji Na ke ruangannya yang membosankan dan kaku, Jae Hyun memutuskan untuk membawa wanita itu ke luar gedung. Sambil bergandengan tangan, kaki Jae Hyun memimpin langkah mereka menuju taman belakang kantor. 

Sejatinya, taman belakang tersebut dipergunakan sebagai kantin bebas dengan konsep semi outdoor. Ada beberapa flat yang disewa orang luar untuk menjual makanan-makanan mereka. Termasuk, satu toko es krim bernama Lieve Frost yang baru saja buka selama satu bulan belakangan setelah gagal menyewa di ARDNT Department Store Korea. 

“Berkat dirimu, gosip tentang pernikahan kita jadi bisa terbantahkan,” masih dengan genggaman tangan di dalam saku celana Jae Hyun, pria itu melangkah ringan di atas jalan setapak penuh pepohonan rindang di sekitarnya. “Banyak isu tentang pernikahan kontrak kita yang mulai merebak di kalangan pegawai, hanya karena kau tidak pernah datang ke kantor. Mereka jadi bicara yang tidak-tidak.”

Ji Na melirik ke arah Jae Hyun. “Mereka memang bergosip fakta, bukan? Kita memang menikah kontrak.”

“Maksudku, waktunya tidak tepat dan berbahaya kalau mereka tau kita menikah karena kontrak.”

“Ah, benar juga,” Ji Na setuju. “Kalau diingat-ingat, bukankah akting kita bagus sekali tadi, eo? Mereka tidak akan pernah lagi mengira kalau kita hanya kontrak. Ya kan?”

TWINS : My First and My LastWhere stories live. Discover now