Lima Puluh Delapan

95 8 2
                                    

Desclimer :

Di sini ada yang penggemarnya Yoo Gyeom?

Sebelumnya Author minta maaf ya kalau di cerita ini Author membuat nama Yoo Gyeom sebagai penjahatnya, huaaa~
Aku juga cinta Yoo Gyeom, kok.

Oke.

Begitu.

Lanjut.

*

Waktu sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa hari telah beranjak siang. Matahari mulai bergerak untuk memposisikan diri berada persis di atas kepala. Intinya, weekend ini cukup terik sebenarnya. Sinarnya pun jauh lebih terang dari biasanya, seolah menghalau jauh gumpalan awan mendung yang tidak akan mungkin menghiasi langitnya hari itu. Cerah sekali. Hanya ada gumpalan awan putih yang cantik.

Namun, tak sebercak cahayapun mampu menyelinap masuk melalui kaca jendela kamar pasangan suami istri ini. Seolah tak ada celah yang diizinkan masuk dan mengganggu ketenangan sepasang sejoli yang masih sibuk bermadu kasih di dalam kamarnya. Tirai abu-abu gelap di kamarnya masih menjuntai panjang dengan rapat. Lampunya pun masih redup⸺bermodalkan lampu tidur⸺yang memberikan kesan nyaman tanpa gangguan. Sepertinya, sepasang suami istri ini pun tak peduli mengenai waktu yang terus bergulir semakin siang. Mereka ingin terus bersantai dengan mesra di dalam kamarnya.

Suara kekehan kecil terdengar di sela alunan lagu romantis yang terputar memenuhi ruang kamar Jae Hyun dan Ji Na. Sang Istri terkekeh diiringi kecupan mesra Suaminya di bahu telanjangnya. Ia menoleh ke belakang melalui bahunya, memperhatikan Jae Hyun yang masih mendekapnya erat dari arah belakangnya. Netranya menangkap betapa mesranya kecupan-kecupan Sang Suami di sekitar bahu dan punggung telanjangnya.

"Jangan salahkan aku kalau aku tiba-tiba hamil, ya, Baby," Ji Na melayangkan protes sambil terkekeh geli menyalahkan kelakukan Suaminya. Pasalnya, apa yang disepakati Jae Hyun dengannya mengenai menunda kehamilan menjadi sangat kontras dengan apa yang Jae Hyun lakukan padanya. Mereka menunda kehamilan, tapi Jae Hyun tidak bisa berhenti mengajaknya bercinta.

Jae Hyun tak merespon banyak, ia hanya bergumam asal sambil mengeratkan lingkaran lengan kekarnya di sekitar pinggang Sang Istri. Pria itu membawa Istrinya merapat pada tubuh telanjangnya.

"Bukan aku tidak menuruti kesepakatan kita, loh, ya," Ji Na memperingatkan Suaminya sekali lagi. Kemudian, memberikan usapan lembut di puncak kepala Jae Hyun yang terbenam posesif di perpotongan lehernya. "Ini sudah tanggal 28. Dan, aku sudah terlambat 5 hari."

"Aku kan sudah rajin pakai pengaman," keluh Jae Hyun.

"Pakai pengaman pun masih memberikan peluang kehamilan, Jeffrey," usapan Ji Na turun ke pipi Suaminya. Ia bahkan melayangkan cubitan gemas di pipi karet Jae Hyun. "Ngomong-ngomong, jam berapa ini?"

"Entahlah," percayalah, Jae Hyun terlalu nyaman untuk beranjak melepaskan pelukannya dengan Ji Na. Pertemuan kedua kulit telanjangnya dengan Ji Na disertai aroma tubuh Sang Istri yang merasuk masuk ke indera penciumannya membuat pikiran Jae Hyun jauh lebih tenang dari biasanya. "Aku terlalu malas untuk bangun," tuturnya.

Ji Na terkekeh. "Mau bermalas-malasan sepuasnya?" wanita itu berbalik, menghadap Jae Hyun.

"Sekali-kali aku mengabaikan ponselku, ya, kan?" Jae Hyun mengerling penuh makna.

TWINS : My First and My LastWhere stories live. Discover now