7 Pesta

233 53 6
                                        


Seminggu sudah Ares menjauhi Letta. Kali ini Letta tidak tahu harus menyelesaikan permasalahan mereka dengan cara apa, yang bisa ia lakukan hanyalah mencoba bersikap seperti biasa.

"Res, bareng dong." Letta mendekati Ares seusai jam sekolah.

"Gue mau ke toko buku." Ares menjawab dengan nada tidak bersahabat.

"Kebetulan, ada novel yang mau gue beli."

"Res, jadi?" Nindya yang baru kembali dari toilet menghampiri Ares.

"Ayo."

Tidak lagi bertanya, Letta tahu kalau Ares memilih pergi dengan Nindya. Tapi sejak kapan Ares jalan berdua dengan cewek lain selain dirinya, adiknya atau mamanya?

Letta yang biasa pulang pergi sekolah menggunakan kendaraan umum, apapun itu, mulai ojek online, taksi, sampai bajaj, mulai memikirkan alternatif untuknya pulang hari ini.

"Ta, gue anterin mau nggak?"

"Astaga! Bagas, kebiasaan deh, kenapa nongol tiba-tiba sih, ngagetin orang aja."

Bagas yang terkena omelan Letta hanya tersenyum. "Gue anterin ya, lo mau ke mana bilang aja, mau ke toko buku, mau makan siang, mau langsung pulang, Abang siap nganterin."

"Ke toko buku boleh? Ada novel baru yang mau gue beli."

***

"Ta, mau yang di mana toko bukunya?" teriak Bagas dari depan motor supaya Letta bisa mendengar.

"Yang di Matraman gimana? Makan siang dulu di Sop Ayam Pak Min mau gak? Gue yang traktir ya makannya, kan lo udah nganterin gue." Letta bicara sambil mencondongkan wajahnya ke samping kiri kepala Bagas.

"Di mana sop ayamnya?"

"Sebelum toko bukunya ada deretan warung makan gitu. Ntar gue kasih tau."

"Gas, tuh Gas yang di depan." Letta menjulurkan tangannya menunjuk ke arah beberapa warung makan di pinggir jalan. "Lo pernah makan di sini, Gas?" tanya Letta sambil mengangsurkan helm yang tadi dipakainya ke Bagas.

"Belom. Lo sering ke sini?"

"Sering banget, nyokap suka benget soalnya."

Jam makan siang membuat warung sop itu penuh pengunjung. Tatanan bangku di warung itu sepertinya sengaja dibuat memanjang, agar bisa diisi sampai delapan orang per meja. Setelah memesan, Letta tidak menemukan ada kursi kosong, kecuali satu meja yang sudah diisi empat orang yang sedang menikmati makan siangnya.

"Duduk di situ aja ya, Gas?"

Bagas mengambil inisiatif untuk jalan terlebih dulu. "Maaf Pak, kursinya kosong?"

"Kosong kok, silakan," jawab bapak setengah baya itu mempersilakan.

Tidak lama duduk, pesanan mereka datang dan Letta langsung mengambil tempe goreng dari wadah gorengan yang disediakan.

"Nggak pake nasi, Ta?"

"Gue kalo makan ini, tempe goreng jadi pengganti nasinya, Gas. bisa abis empat, atau lima, atau lebih." Letta mengedikkan bahu sambil tersenyum. Senyum yang membuat Bagas terkesiap dan hanya berniat diam sambil berlama-lama menikmati senyuman itu.

"Kalian di sini juga?" Nindya tiba-tiba muncul di belakang Letta. "Res, gabung sama mereka aja ya, udah nggak ada kursi lagi."

Ares mengambil posisi di sebelah Bagas setelah melihat Nindya duduk di sebelah Letta. "Mas, tempe gorengnya masih?" Melihat hanya tersisa satu tempe goreng di atas piring gorengan, Ares meminta tambahan tempe goreng. Seperti diduga Ares, begitu tempe goreng disajikan lagi di atas piring gorengan, berkali-kali Letta mencomotnya.

ALL I WANT IS YOUWhere stories live. Discover now