Bagas: Ta
Bagas: Nggak pengen jalan ke mana gitu?
Letta: Gak bisa hari ini Gas
Letta: Papa lagi balik ke Jakarta masa ditinggal pergi
Bagas: Kalo gitu aku yang main ke rumahmu boleh?
Letta bimbang. Belum pernah ada teman cowoknya yang main ke rumah bukan dalam rangka kerja kelompok, kecuali Ares.
"Pa, ada teman Letta mau ke sini boleh?" tanya Letta.
"Boleh dong. Kenapa pake izin? Biasanya juga langsung dateng."
"Tapi cowok Pa," jawab Letta ragu.
"Pacar?" Ardian langsung mengalihkan pandangan dari laptop ke arah putrinya.
"Bukan, Pa. Letta mana mikir begituan sih, Pa, ujian udah di depan mata."
"Ya nggak apa-apa dia main ke sini. Papa malah seneng bisa ngawasin anak gadis Papa, biar gak macem-macem di luar sana. Tapi ke rumahnya kalau ada orang ya, Ta. Nggak boleh berduaan aja. Deal?"
"Iya, Pa. Beneran temen kok, bukan pacar. Nanti Letta ajak ngerjain PR kimia deh biar Papa tambah seneng." Letta terkekeh geli meninggalkan papanya sambil mengetikkan pesan balasan untuk Bagas.
Letta: Boleh Gas
Setengah jam kemudian Bagas sampai dan memarkirkan mobilnya di garasi rumah Letta.
"Masuk, Gas." Letta mempersilakan Bagas masuk setelah menutup kembali pagar rumahnya.
Bagas masuk sambil menyerahkan satu kantong berisi macaroni panggang yang terkenal jadi oleh-oleh dari Bogor.
"Ngapain repot-repot sih, Gas. Dari Bogor emangnya?"
"Iya, tadi pagi nganter Mama ke Bogor, sekalian mampir ke macaroni panggang deh, kesukaan kamu kan? "
"Duduk, Gas. Makasih ya... Oh iya, lagi ada Papa, nanti kalau Papa ke sini nemenin ngobrol nggak apa-apa ya?"
"Duh mau langsung dikenalin nih, Ta? Kok jadi tegang ya."
"Gaaas, ih bercanda aja." Letta memukul lengan Bagas.
"Nggak bercanda, Ta. Tegang beneran ini, mau ketemu bakal calon mertua."
"Bagas!" Letta lalu meninggalkan Bagas seorang diri di ruang tamu.
"Temennya udah dateng, Ta?" Tanya Papanya dari teras samping rumah. Sejak pagi papanya tidak beranjak dari situ, berkutat dengan laptopnya.
"Udah Pa, Letta bikin minuman dulu sama ini mau motongin macaroni dari Bagas."
"Papa boleh kenalan?"
"Boleh lah, Pa. Papa ke depan duluan aja, Pa. Papa mau dibikinin minum apa? Biar nanti Letta bawa ke depan sekalian."
"Kopi paling enak buatan anak gadis Papa dong."
"Siap bos."
Karena sudah mendapat lampu hijau dari anaknya, Ardian menuju ruang tamu. Dalam hatinya penasaran seperti apa cowok yang berani main sendirian menemui anak gadisnya. Ardian sesungguhnya bukanlah orang tua yang posesif. Ardian membebaskan jika Letta berteman dekat dengan lawan jenis, toh tidak bisa dipungkiri, anak seusia Letta memang sudah semestinya merasakan yang namanya cinta monyet. Ardian sering menyebut Letta dengan sebutan 'anak gadis', tentu bukan tanpa alasan, Ardian ingin panggilan itu tertanam di dalam hati Letta, hingga Letta bisa menjaga dirinya dari pergaulan bebas.
"Siang, Om." Bagas terbelalak karena tiba-tiba seorang pria paruh baya duduk di sofa yang ada di depannya. "Saya Bagas, Om. Teman sekelas Letta." Dengan tergesa Bagas berdiri dan mengulurkan tangan untuk bersalaman.

YOU ARE READING
ALL I WANT IS YOU
RomanceKata orang, tidak mungkin ada persahabatan tanpa rasa cinta di antara laki-laki dan perempuan. Mungkin itu benar. Nyatanya Antares Cakrawangsa tiba-tiba saja jatuh cinta pada sahabatnya sejak bayi. Orang bilang, long distance relationship itu tidakl...