36 Mantan Gebetan dan Calon Gebetan

195 41 4
                                        


"Mbaaak. Masih inget sama adeknya?" oceh Letta begitu mengangkat telepon dari seseorang

Letta menggunakan tangan kirinya untuk mengangkat telepon, dan tangan kanannya masih asik menyuapkan makanan ke mulutnya. Ezra yang berada di samping kiri Letta dapat mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan wanita itu dengan seseorang yang dipanggilnya 'Mbak'.

"Sehat, Mbak. Ini lagi makan." Letta melanjutkan obrolannya via telepon dengan suara tidak terlalu kencang sehingga tidak mengganggu orang-orang yang berada di dekatnya.

Beberapa kali lengan Letta menyenggol Ezra yang memang duduk dengan space yang tidak terlalu lebar a.k.a mepet. Setiap kali menyenggol Ezra, Letta selalu menoleh ke arah Ezra dan menunduk memberikan gesture meminta maaf tanpa suara.

Ezra membuka pesan di hpnya yang bergetar beberapa kali.

Bang Febri: Rimbi ya yang nelepon Letta?

Bang Febri: Gimana perasaan lo Zra?

Bang Febri: Mantan gebetan nelepon calon gebetan

Bang Febri: Lo nggak mau nitip salam ke mantan gebetan?

Bnag Febri: Eh jangan deh, fokus aja ke calon gebetan :)

Ezra tidak membalas pesan itu, hanya melemparkan tatapan ingin membunuh ke arah Febri.

***

Tok tok tok

"Masuk," ucap Ezra dari dalam ruangannya tanpa bertanya siapa yang ada di depan pintu.

"Mas Ezra, mau nyampein hasil yang Mas Ezra minta tadi."

"Duduk dulu, bentar ya, sedikit lagi." Ezra masih sibuk mengetik di atas keyboard komputernya.

Letta diam memperhatikan Ezra yang terlihat serius. Tanpa Letta tahu, Ezra sebenarnya sedang mengatur jantungnya yang tiba-tiba berdetak kencang sejak wanita di depannya masuk ke dalam ruangannya.

"Jadi gimana Le—" Ezra berpikir sesaat, "Susah ya nama kamu dipenggalnya."

Letta terkekeh pelan. "Biasanya sih pada manggil saya 'Ta' Mas, daripada 'Le' atau 'Let'."

"Ta?" Ezra mengangguk-angguk. 'Ta? Cinta? Oh My God, Ezraaa, apa sih di otak lo?' rutuknya dalam hati.

"Ya udah, gimana hasilnya?"

"Sebelumnya boleh saya nanya beberapa hal dulu, mas?"

"Boleh."

"Sebenernya ketika nyusun strategi, kita diskusiin dulu nggak sih Mas sama departemen produksi? Atau kita cuma terima jadi apa yang mereka rencanakan, untuk kita bikinin rencana pemasarannya?"

"Kenapa kamu nanyain itu?"

"Hmmm ...."

"Ngomong aja, Ta, kan memang itu tujuan kamu di sini sekarang."

"Sebenernya menurut saya masalahnya bukan di pemasaran sih, Mas. Ya walaupun di beberapa aspek masih bisa ditingkatkan lagi, terutama berhubungan dengan pemanfaatan media sosialnya, tapi menurut saya masalah utamanya di produksi, Mas. Tapi apa etis kalau kita melewati area kita?"

"It's ok, Ta, secara periodik biasanya diadain meeting buat semua divisi, kita bisa sampaikan di meeting itu."

"Sebenernya saya ngerasa apa yang ditawarkan perusahaan kita terlalu apa ya? Hmm kuno maybe."

Letta kemudian menjelaskan panjang lebar apa yang menurutnya harus diubah dari perusahaannya.

Ezra tiba-tiba berdiri dari duduknya.

ALL I WANT IS YOUTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang