133 Moody Woman

93 24 1
                                        


"Mala!" Letta berlari kecil memanggil Mala yang sedang menunggu lift.

Mata Mala terbelalak melihat Letta yang kini berstatus Direktur Utama di perusahaan, memanggilnya dengan santai untuk ukuran atasan dan bawahan.

"Pagi, Bu," sapa Mala sambil memberikan kode kepada Letta untuk menjaga wibawanya karena banyak pegawai yang sedang antre lift bersama Mala.

Pegawai lain pun menunduk dan memberikan jalan kepada Letta untuk menuju lift khusus direksi yang terletak di ujung.

Untunglah lift yang ditunggu-tunggu para pegawai terbuka dan membuat mereka berebut masuk ke dalamnya.

Mala sudah maju beberapa langkah untuk ikut bersama pegawai lain masuk ke dalam lift, sebelum tiba-tiba Letta menarik tangannya. "Bisa ikut sebentar, La? Ada yang perlu saya bicarakan."

Daripada membiarkan dirinya menjadi pusat perhatian pegawai lain, Mala memilih mengikuti langkah Letta untuk masuk ke dalam lift khusus direksi.

Mala sendiri masih merasa kikuk untuk berinteraksi dengan Letta, tidak seperti dulu saat Letta masih menjadi staf Ezra. Letta pernah mengajaknya bicara empat mata dan memintanya untuk bersikap seperti sebelumnya. Tapi Mala harus mengakui kalau sangat sulit melakukannya.

"La, udah sarapan belum?" tanyanya di dalam lift.

"Belum."

"Makan di ruangan gue yuk, sama Mbak Shanti juga. Semalem gue bikin cinamon roll."

Mala hampir meneteskan liurnya membayangkan cinamon roll buatan Letta. "Tapi—"

"Belum jam sembilan juga kan, masih sempet lah setengah jam," paksa Letta. "Lo masih nggak enak ya sama gue?"

Mala terkekeh. "Gimana ya, rasanya kayak serba salah gitu. Mau bersikap kayak dulu, tapi takutnya ada hal yang menyinggung."

Letta mengibaskan tangannya sebagai pertanda agar Mala tidak memikirkan hal itu. "Inget ya La, kalo nggak dalam forum resmi, ya kita temenan. Lo kan penyelamat gue La. Lo yang nganter gue ke rumah sakit waktu gue pingsan. Lo yang neleponin Ares di saat itu, yang bikin Ares langsung nemuin gue walaupun kita udah putus. Lo ikut andil dalam part penting hidup gue, La."

Mala tersenyum, tidak menyangka Letta menganggapnya sebagai orang yang berarti di hidupnya.

Suasana mencair begitu Shanti bergabung dengan mareka. Shanti sudah sejak awal mulai membiasakan diri dengan kemauan Letta.

"Ta, kamu pucet loh, Ta," ucap Shanti begitu Mala pamit untuk kembali ke ruangannya.

"Aku belum pake lipstik sih, Mbak. Nggak ada jadwal meeting kan?"

"Nggak ada sih."

Letta tertawa senang, "Asiiik, nggak perlu pake lipstik."

"Kamu lagi nggak enak badan? Soalnya beneran kelihatan pucet, nggak kayak biasanya."

"Mungkin karena tadi aku nggak bareng Ares berangkatnya," jawab Letta asal sambil mengecek email di komputernya.

Shanti mengernyit bingung. "Hubungannya apa?"

"Ya jadi nggak ada yang nyosor sebelum aku turun dari mobil. Kalo habis disosor dia kan bibirku jadi plumpy gitu."

Shanti menggelengkan kepalanya. "Too much information, Sis."

Letta terdiam dan baru menyadari apa yang baru saja diucapkannaya. "Ups! Sorry."

Shanti keluar ruangan Letta setelahnya dan kembali mengerjakan tugasnya sebagai sekretaris merangkap asisten.

ALL I WANT IS YOUWhere stories live. Discover now