"Nggak tau ah. Yang jelas resepsionis bilang, kamu nggak ninggalin pesen apa-apa buat ngasih kunci cadangan."
"Kok bisa? Aku udah nyuruh Nindya buat nitip pesen ke resepsionis kok."
Letta mengedikkan bahu. "Untungnya Nadia ngelihat aku tadi dan dia bawa cadangan beberapa baju karena bingung mau pake yang mana. Jadi aku pinjem baju sama heels-nya Nadia. Bajunya sih pas, tapi heelsnya agak kekecilan."
Ares menarik Letta ke dalam pelukannya. "Maaf ya, tadi hpku mati. Aku nggak tau kalo kejadiannya bakal kayak gini."
'Shit! Nggak mungkin Nindya sengaja kan?' Ares mengumpat dalam hatinya. Ia teringat teman-teman Nindya dulu yang pernah melakukan perundungan kepada Letta dan Lulu.
"Besok bakal aku usut," ucap Ares.
"Nggak usah, Res. Udah lewat juga, mungkin Nindya udah ngasih pesen ke resepsionisnya, tapi mereka ganti shift. Jadi yang shift baru nggak terinfokan, bisa aja kan?"
"Ya tapi kan—"
"Udah, nggak apa-apa, cuma lecet dikit doang. Dulu pas latihan tae kwon do lebih parah dari ini, inget?" Letta menyandarkan diri sepenuhnya ke dada bidang Ares untuk menghidu aromanya.
"Kamu kok baik banget sih." Ares menarik dagu Letta dengan lembut dan mengecup bibir Letta yang sudah lama tidak dirasakannya.
'Aku nggak sebaik itu, aku cuma lagi nunggu,' batin Letta.
Suara bel yang berbunyi mengganggu aktivitas mereka. "Arrrgh, siapa sih?" Ares menghela napas dengan kesal, rasanya baru sesaat bibir mereka saling menjelajah dan kini sudah ada orang yang itu entah siapa mengganggunya.
Letta terkekeh sambil memberikan kode agar Ares membuka pintu.
Ares melangkah ke arah pintu sambil bersungut-sungut.
"Res."
Meskipun posisi Letta berada di kasur yang letaknya agak menjorok ke dalam, tetapi Letta bisa mendengar suara wanita dari balik pintu.
"Kenapa?" tanya Ares dingin.
"Semua udah beres di bawah," ucap wanita itu.
"Siapa, Res?" Letta—yang sudah tidak tahan dengan rasa penasarannya—menyusul Ares. "Oh Nindya. Belum pulang? Udah malem loh, Nin."
"Iya ini baru mau pamit pulang," jawab Nindya sambil tersenyum.
"Kalo udah nggak ada kerjaan lagi, aku balik dulu ya," pamit Nindya kepada Ares.
Ares hanya menjawabnya dengan anggukan.
"Nin, minta dianter supir kantor aja," pesan Letta pada Nindya, padahal ia sendiri juga tidak tahu apakah ada supir kantor yang standby.
'Emang lo siapa, bisa nyuruh-nyuruh pake mobil kantor?' Tentu saja Nindya hanya berani mengucapkannya dari dalam hati.
"Loh kita naik apa, Sayang? Mobilku di kantor loh," tanya Ares yang kebingungan karena Letta meminta supir kantor mengantar Nindya.
"Tinggal naik taksi dulu kan ke kantor, pengen berdua aja sama kamu pulangnya. Aku aja yang nyetir kalo kamu capek."
"Oh pengen berduaan, bilang dong."
"Astaga, Ares!" Letta mengusap bibir Ares yang ternyata masih ada bekas lipstiknya dan mereka berdua baru menyadarinya, entah Nindya.
'Arrrggghh gue udah nggak kuat ngelihat kelakuan mereka!'
"Aku duluan ya," ucap Nindya dingin.
Ares menarik Letta kembali ke dalam kamar. "Kamu sengaja ya?" tanyanya sembari memojokkan Letta ke dinding dan berusaha mengecupi setiap inchi wajah Letta.

YOU ARE READING
ALL I WANT IS YOU
RomanceKata orang, tidak mungkin ada persahabatan tanpa rasa cinta di antara laki-laki dan perempuan. Mungkin itu benar. Nyatanya Antares Cakrawangsa tiba-tiba saja jatuh cinta pada sahabatnya sejak bayi. Orang bilang, long distance relationship itu tidakl...