43 Calon Kakak Ipar

183 39 4
                                        

Seseorang membunyikan klakson mobil beberapa kali saat Letta berjalan dari lobby kantor melewati area drop off dengan tetap sibuk mengutak-atik layar ponselnya untuk memesan ojek online. Letta menyingkir tanpa melihat mobil mana yang tadi membunyikan klakson.

Klakson kembali dibunyikan beberapa kali, barulah Letta menoleh, mendapati mobil yang ia kenal telah menyejajarinya.

Ares membuka kaca samping kiri mobilnya. "Cewek, jalan yuk."

Letta terperanjat, mengamati sekitar, takut ada yang melihat mobil semewah itu menjemput pegawai baru seperti dirinya, dan saat mendapati tidak banyak orang yang berada di sekitarnya, ia langsung berlari masuk ke dalam mobil itu.

"Kapan nyampe? Kok nggak bilang?" tanya Letta sambil memasang seat belt.

"Bukan kejutan dong kalo pake bilang dulu." Ares melirik Letta sesaat. "Kangen deh. Kamu?"

"Hmm ..." Letta sengaja menggoda Ares dengan tidak langsung menjawab. "Kangen dong, Mas."

Mendengar dipanggil 'Mas' saja, Ares sudah menyunggingkan senyum seakan baru menang tender.

Letta merasakan getaran ponsel yang diletakkannya di atas tas, dan melihat foto Rimbi sebagai penelepon.

"Mbaaak."

"Nggak usah teriak kali, Ta! Mbak juga denger."

Letta selalu tersenyum sumringah ketika berbicara dengan kakak sekaligus panutannya ini. "Letta baru pulang kantor nih, Mbak."

"Oooh, dijemput?"

Letta langsung menegakkan punggung dan menatap Ares. 'It's ok lah ya, Mbak Rimbi pasti nggak akan berpikir macem-macem kalo Ares yang jemput.'

"Iya, Mbak. Dijemput Ares."

"Jadi kalian beneran? Kok nggak cerita ke Mbak sih, Ta? Malu?"

Letta masih belum bisa menangkap maksud di balik ucapan kakaknya. "Apa sih Mbak? Nggak ngerti."

"Loud speaker dong, Ta. Mbak pengan ngomong sama kalian berdua."

"Udah ni, Mbak," kata Letta setelah mengikuti kemauan kakaknya itu.

"Kamu belom cerita ke Letta, Res?"

"Belom, Mbak. Astaga, baru aja ketemu anaknya," jawab Ares tanpa rasa canggung.

"Kalian berdua jangan macem-macem ya!"

"Iya, Mbak. Kita nunggu Mbak Rimbi sama Mas Ferdi dulu kok, tenang aja."

"Wah, berani ya ngeledek Mbak! Nggak dikasih restu nih."

Ares terkekeh, sementara Letta kebingungan dengan percakapan mereka berdua. "Hmm... tolong ya, di sini ada orang yang nggak ngerti loh sama obrolan ini," keluh letta kesal.

Terdengar suara tawa dari Rimbi di seberang sana. "Udah ya, Mbak tutup dulu teleponnya, nggak mau ganggu kalian. Bye adek-adekku."

"Kalian ngomongin apa sih?" tanya Letta ke Ares yang masih fokus menyetir.

"Kita mau ke mana, Ta?" Bukannya menjawab, Ares malah melemparkan pertanyaan.

"Pengen makan soto betawi deh, Res ..., eh Mas. Duh maaf ya kalo masih sering belepetan manggilnya. Masih usaha dibiasain ni."

"Nggak apa-apa, Sayang." Ares mengusap kepala Letta, "Pelan-pelan aja. Jadi kita mau nyari soto betawi?"

"Iya, mau nggak?" tanya Letta sambil menggigit bibir bawahnya.

"Ayo, aku tau yang enak, Soto Nyai, tapi agak jauh, di daerah Senen, warung biasa gitu tapinya. Nggak apa-apa ni nggak makan malam romantis, kan kita mau melepas kangen, malah ke warung."

ALL I WANT IS YOUWhere stories live. Discover now