Tok tok tok!
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Letta. Letta sedang bersandar pada headboard ranjang sambil memegang novel seakan-akan sedang serius membaca. Namun kenyataannya sudah setengah jam novel itu masih terbuka pada halaman yang sama.
"Ta, boleh masuk?"
'Ngapain Ares ke sini malam-malam?' batin Letta.
"Iya Res masuk aja."
"Lagi baca novel?" tanya Ares yang melihat novel di pangkuan Letta. "Nggak belajar?"
"Kan lagi sakit."
"Lah kan yang sakit kakinya. Lagian juga kakinya udah nggak kenapa-kenapa kan?"
Letta hanya memajukan bibirnya, cemberut mendengar perkataan Ares.
Sejujurnya, iya, kaki Letta memang sudah tidak perih dan tidak ada bekas kemerahan lagi yang tertinggal. Mungkin menyiramnya dengan air mengalir hingga hampir setengah jam tadi menjadi pertolongan pertama yang benar-benar ampuh. Pun memang air panas yang tumpah tadi bukan air yang baru mendidih. Air itu sempat didiamkan sesaat sebelum menyeduh kopi, dan lagi saat Letta mengantarkan kopi ke Ares, Letta sempat terdiam di sana cukup lama mengamati Ares mengajari Lyra. Malam ini entah kenapa rasanya Letta tidak ingin tidur di kamar Lulu. Ada beberapa hal yang mengganggu pikirannya dan ia tidak ingin Lulu menyadarinya.
"Kamu ngapain ke sini?" Letta menutup novelnya dan meletakkannya di atas nakas.
Ares duduk di pinggir kasur. Tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia meraih telapak tangan Letta dan mengusapnya dengan lembut.
"Maafin ya, Aku gak dateng di ulang tahunmu."
***
-Empat bulan yang lalu-
"Sayang, ulang tahunmu yang ke tujuh belas mau dirayain gimana?"
"Nggak usah lah, Ma." Letta memang sering uring-uringan kala itu. Rasanya tidak ingin bertemu dan berbasa-basi dengan banyak orang, apalagi mengadakan pesta ulang tahun.
"Tapi ini ulang tahun ketujuh belas loh, Ta, bukannya ini jadi impian cewek-cewek seumuran kamu ya?"
"Tapi Letta nggak pengen-pengen banget kok, Ma."
"Ngundang temen-temen deket aja gimana, Ta? Mama kok rasanya gimana gitu ya kalau kamu nggak minta macem-macem gini."
Letta terkekeh. "Mama aneh ah, orang anaknya gak minta macem-macem juga, bukannya bersyukur."
"Mama cuma takut kamu nanti nyesel, Ta."
"Nggak, Maaa. Eh, gimana kalau kita traveling aja, Ma?"
Mamanya lantas tersenyum lebar. Mengangkat jempolnya menandakan persetujuan. "Keluarga Tante Mira boleh ikut ya, Ta? Biar sekalian Mama minta Tante Mira yang ngatur. Dia tuh jago banget ngatur-ngatur trip kayak gini."
'Emangnya Ares mau ikut apa?' Letta mengedikkan bahu. "Ya terserah Mama kalau itu. Tapi Letta minta jatah ya Ma buat traktir temen-temen."
"Iya aman. Mama telepon Tante kamu dulu deh ya."
Tante Mira, seperti yang diceritakan mamanya, benar-benar mengurus semuanya, dan demi keseruan acara, tujuan trip mereka dirahasiakan dari Letta. Letta hanya diminta membawa baju ganti untuk sekitar tiga hari, termasuk baju yang bisa digunakan untuk basah-basahan.
Jumat malam mereka berkumpul di rumah Letta.
Tante Mira sampai menyewa elf untuk perjalanan ini. Seperti diduga Letta, Ares tidak terlihat saat keluarganya tiba di rumah Letta.

YOU ARE READING
ALL I WANT IS YOU
RomanceKata orang, tidak mungkin ada persahabatan tanpa rasa cinta di antara laki-laki dan perempuan. Mungkin itu benar. Nyatanya Antares Cakrawangsa tiba-tiba saja jatuh cinta pada sahabatnya sejak bayi. Orang bilang, long distance relationship itu tidakl...