"Congrat, Ta."
Vera dan Renata yang sengaja datang bersama, memeluk Letta bergantian. Seorang lagi di antara mereka kini yang mengemban titel sebagai 'Ibu'.
"Makasih ya. Kok kalian bareng?"
"Beib, ini hari sabtu kalo lo lupa. Kan kita nggak kerja, jadi bisa janjian bareng," jawab Vera. "Ya meskipun gue mesti ngerelain malem minggu gue."
Letta mengingat-ingat hari dan tanggal. "Oh iya ya? Emang lo mau ngapain malem minggu? Pacar juga nggak punya."
"Saialan! Suka bener deh kalo ngomong, Sis."
"Mana Evan?" tanya Renata.
"Masih di ruang baby. Lagi diambil sama ayahnya. Eh Elida nggak diajak?" Letta baru menyadari Renata yang datang sendirian tanpa anaknya.
"Nggak lah, kan ke rumah sakit, nanti deh gue ajak main ke rumah lo kalo lo udah balik."
Vera mengerucutkan bibir. "Udah mau play date aja. Ini temen kalian belum ada jodohnya loh. Bisa kali dicariin dulu, biar nanti bisa play date bareng-bareng."
"Jangan ngomong jodoh-jodohan di depan Ares. Trauma dia," ucap Letta memperingatkan sahabatnya itu.
Ketiganya terbahak membayangkan ekspresi Ares. Tapi bukan Vera namanya kalau tidak menyusun ide gila untuk suami sahabatnya itu.
"Eh udah pada dateng?"
Ares baru memasuki ruangan itu sambil mendorong tempat tidur bayi. Dengan telaten, Ares menggendong bayinya dan menyerahkan ke Letta. "Evan haus."
"Bapaknya nggak?" ledek Vera.
"Wow, pikiran lo selangkah lebih maju ya, Ver? Padahal lo belum nikah, jadi curiga gue."
"Sialan!"
"Language, Miss. Jangan bikin kuping anak gue ngedenger bahasa preman dong."
Memang selalu seperti itu kalau Ares sudah bertemu dengan kedua sahabat istrinya, mirip tom and jerry.
"Udah sana," usir Vera. "Jangan bilang lo mau ngelihatin Evan mimik. Oh my God, Res. Ternyata orang yang dulunya cool begitu waktu SMA bisa berubah begini ya."
Ares berdecak kesal dan (terpaksa) berbalik meninggalkan mereka. "Ck! Lo nggak tau aja istri gue seksi banget kalo lagi begitu," gumamnya.
"Eh, Res." Seakan tak peduli kalau dirinya baru saja membuat kesal Ares setengah mati, Vera melanjutkan idenya untuk menjahili Ares. "Nggak mau jodohin Evan sama Elida? Beda umurnya nggak jauh kan?"
Ares yang duduk di sofa yang ada di sudut ruangan seketika mendongak dan melemparkan tatapan horor ke arah Vera. "Nggak ya! Nggak ada perjodohan, biar sama-sama nyari jodoh sendiri."
"Tapi kan enak Res kalo lo udah kenal baik sama calon besan, menghindari gesekan gitu, Res." Renata tidak tahan untuk ikut menjahili suami sahabatnya itu.
"Nggak gitu ya konsepnya, Ren." balas Ares kesal.
Vera mati-matian menahan tawanya demi membuat Ares memberengut. "Atau mau nunggu gue punya anak? Gue sih nggak nolak ya kalo besanan sama lo."
"Gue yang nolak," ucap Ares singit.
"Dih, awas lo ya kalo nanti Evan jatuh cinta sama anak gue."
"Heh! Lo aja belom nikah, Ver! Dan lo kan nggak tau anak lo nanti cewek apa cowok."
"Ya lo bikin anak lagi lah, yang cewek, jadi fleksibel mana aja yang mau dijodohin sama anak gue."
"Ya bikin anak lagi sih pasti, tapi gue tetep nggak mau ada perjodohan." Ares memilih pergi daripada meladeni kegesrekan sahabat istrinya.

YOU ARE READING
ALL I WANT IS YOU
RomanceKata orang, tidak mungkin ada persahabatan tanpa rasa cinta di antara laki-laki dan perempuan. Mungkin itu benar. Nyatanya Antares Cakrawangsa tiba-tiba saja jatuh cinta pada sahabatnya sejak bayi. Orang bilang, long distance relationship itu tidakl...