Prang!
Tangan Letta bergetar hebat saat merasakan nyeri di perutnya. Gelas berisi kopi panas yang baru saja diseduhnya sukses meluncur dari tangannya dan pecah berantakan di lantai. Beruntung saat itu hanya ada dirinya sendiri di dalam pantry kantor.
Namun tak ayal suara berisik itu terdengar oleh seorang cleaning service yang sedang memberisahkan lorong tak jauh dari pantry. Dan cleaning service bernama Irma itu semakin terkejut saat melihat Letta tengah jongkok sambil memegang perutnya. "Mbak Letta kenapa?"
Irma lantas menopang tubuh Letta dan menuntunnya ke kursi yang ada di sudut pantry.
"Maaf ya Mbak Irma, nanti aku aja yang beresin," ucap Letta dengan rasa bersalah karena kondisi lantai pantry yang jadi kotor karenanya.
"Ih Mbak Letta, nggak usah dipikirin atuh. Mbak Letta sakit perut?" Irma dengan gesit menyeduh teh manis hangat untuk Letta.
"Makasih Mbak," kata Letta saat menerima secangkir teh hangat dari Irma. "Mbak Irma, jangan bilang siapa-siapa ya, nanti pada panik orang ruangan."
"Tapi Mbak ... Mbak Letta sampe kayak gitu loh."
"Nggak apa-apa, Mbak, mungkin mau mens, makanya perutku kram."
"Nggak diperiksain ke dokter aja, Mbak?"
"Iya, nanti aku pulang kantor ke dokter."
"Irma tinggal bentar nggak apa-apa, Mbak? Cuma ambil alat pel di luar. Mbak Letta jangan jalan dulu ya, duduk aja dulu di situ."
Letta mengangguk, membiarkan Irma pergi. Tangannya digunakan untuk sedikit mengusap perut bagian kanan bawah yang masih terasa nyeri.
Tak berapa lama, Irma kembali dan segera membersihkan pecahan gelas serta tumpahan kopi di lantai.
"Lo nggak apa-apa, Ta?"
Letta mendongak dan mendapati Mala yang berdiri menunduk di sisinya dengan tatapan cemas.
"Bukan Irma yang ngasih tau Mbak Mala ya, Mbak. Emang Mbak Mala kebetulan mau ke pantry."
"Lo kenapa? Sakit perut? PMS?"
"Mungkin, belom cek kalender. Lo tumben di kantor?"
Mala duduk di kursi yang ada di samping Letta dan mengusap punggung sahabatnya itu dengan perlahan. "Iya, proyek yang sama Cakrawangsa kan udah beres, semua promosinya juga udah beres. Akhirnya ya gue ketemu lo juga, udah berapa bulan sih gue nggak ketemu lo, ketemu juga cuma sempet nyapa doang."
"Sibuk banget emang lo, ngalahin Pak Dewo."
Mala tergelak, kemudian tersadar kalau Letta masih meringis menahan sakitnya.
"Kita ke dokter aja yuk. Gue izinin ke Mas Ezra ya."
"Duh jangan bilang sama orang ruangan gue, nanti sore aja ya anterin gue ke dokternya. Ya moga-moga sih udah nggak sakit nanti sore jadi nggak perlu ke dokter." Letta mencegah Mala untuk memberi tahu Ezra karena ia yakin Ezra akan menghubungi kedua orang tuanya yang saat ini tengah berada di Jogja. Ia hanya tidak ingin kedua orang tuanya panik.
"Bandel ih. Eh tapi ... hmm ... gue nggak bermaksud body shaming ya, Ta, cuma kok lo keliatan kurusan sih."
"Masa?"
"Iya. Diet?"
"Yah anggep aja gitu."
"Masih sakit?"
Letta mengangguk. "Udah lo balik ke ruangan sana, nanti dicariin."
"Nggak, tenang aja. Gue ambilin minyak kayu putih dulu ya, mungkin bisa enakan perut lo."

YOU ARE READING
ALL I WANT IS YOU
RomanceKata orang, tidak mungkin ada persahabatan tanpa rasa cinta di antara laki-laki dan perempuan. Mungkin itu benar. Nyatanya Antares Cakrawangsa tiba-tiba saja jatuh cinta pada sahabatnya sejak bayi. Orang bilang, long distance relationship itu tidakl...