109 Meluluhkan Ego yang Setinggi Gunung Gede

123 32 2
                                        


-Beberapa hari sebelumnya-

"Om, Ares udah dapet sekretaris baru."

"Cowok?"

"Iya, Om. Selain untuk nyelesaiin tes dari Om, memang Ares udah mikir buat cari sekretaris cowok."

Ardian adalah orang pertama yang Ares beri tahu bahwa ia telah mendapat sekretaris berjenis kelamin lelaki. Dengan begitu ia telah menyelesaikan tes kedua dari calon mertuanya.

Ardian mengangguk puas. "Orang mana?"

"Orang Depok, Om. Tapi karena dia harus ngatur jadwal Ares, mulai dari kerjaan sampe pribadi, jadi Ares minta dia pindah ke deket kantor."

"Sanggup dia pindahan dalam waktu singkat? Belum lagi nyari-nyari tempat tinggal kan."

"Udah disiapin apartemen dari kantor kok, Om."

"Yang cewek kemaren juga disediain apartemen?" tanya Ardian dengan nada sedikit meninggi. Bagaimana pun juga dia masih tidak terima anaknya sampai harus adu otot dengan wanita yang menyimpan obsesinya kepada Ares.

"Nggak sih, Om. Ini fasilitas baru. Terpaksa disiapkan sama HRD, soalnya mereka udah desparate banget nyariin sekretaris cowok buat Ares."

Ardian terdiam.

Di mata Ares, papa dari kekasihnya itu tampak sedang mempertimbangkan sesuatu. "Jadi tes kedua Ares lulus kan, Om?"

Ardian hanya mengangguk.

"Om lagi mikirin tes selanjutnya ya?"

"Udah, Om nggak mau ngasih tes lagi ke kamu. Toh nanti kalo Kamu bener nikah sama Letta. Masih banyak tes yang nunggu kamu. Bukan dari Om, tapi dari peliknya kehidupan."

"Eh?" Ares tidak menyangka ujian untuknya dari orang tua Letta telah selesai. "Kalau gitu, Ares mau minta restu lagi dari Om." Setelah terdiam beberapa saat, Ares melanjutkan ucapannya, "Ares berniat bawa hubungan Ares sama Letta ke jenjang yang lebih serius, Om. Ares tau dulu Ares pernah ninggalin dan nyakitin Letta. Itu kesalahan terbesar Ares. Ares akan berusaha sekuat yang Ares bisa buat bahagiain Letta, Om. Ares nggak mau janji-janji. Seperti Om bilang kan, janji di atas kertas aja bisa dilanggar apalagi yang cuma berupa ucapan. Om cukup lihat gimana Ares membuktikannya."

"Om juga minta maaf ke kamu. Karena keegoisan Om, kamu dan Letta ikut menderita."

"Ares juga kayaknya bakal ngelakuin yang sama kalo jadi Om."

Tidak dapat dipungkiri, kini rasanya beban di atas pundak Ares seketika seperti lenyap. "Jadi Om ngasih restu buat Ares?"

"Iya, go ahead, Om kasih restu buat kamu."

***

"Nikah sama aku ya. Jadi bagian hidupku."

Letta masih terdiam sambil mengerjap beberapa kali.

Debaran jantung Ares masih bertalu, bukan karena ia kelelahan berenang, tetapi karena Letta yang masih tidak memberikan jawaban apa pun. "Ta ...."

"Hm?" Letta seketika terkesiap. Sambil mengulum senyumannya, ia menjulurkan tangan kirinya.

Ares meraih tangan Letta dan memasangkan cincin di jari manis wanita itu. Kini ganti Ares yang terdiam, masih dengan memegang tangan Letta.

"Res—"

"Hah?"

"Nggak mau naik dulu?"

Ares terkekeh. Ternyata seperti itu rasanya. Rasa bahagia dari perasaan yang bersambut dan selangkah lagi bisa saling memiliki.

ALL I WANT IS YOUWhere stories live. Discover now