Setahun lebih setelah Lulu menempuh pendidikan S2 di Singapura, barulah ia mau kembali menjejakkan kaki di Jakarta. Itu pun karena ia lelah mendengar ocehan mamanya yang memintanya pulang untuk ikut merayakan ulang tahun Evan.
"Evaaan." Lulu berlari memasuki rumah kakaknya yang setahun ini tak disambanginya.
Ares dan Letta yang mendengar teriakan Lulu hanya bisa menggeleng pasrah. "Tuh, Van, ada Tante Lulu."
Evan hanya mengerjapkan matanya berkali-kali dan ekspresi Evan itu membuat Letta gemas setengah mati.
"Evaaan." Kembali Lulu berteriak sebelum memasuki kamar Evan.
"Tante, suaranya dipelanin dikit dong, Tante. Evan kaget nih," ucap Letta halus karena ada Evan di pelukannya yang hampir menangis akibat mendengar suara teriakan Lulu.
Lulu terkekeh mendengar omelan Letta yang kini khas ibu-ibu. "Evan Sayaaang, Tante bawa banyak mainan nih. Main sama Tante yuuuk," ajaknya.
Evan hanya menoleh kepada Lulu sebentar lalu kembali ke pelukan Letta dan menangis.
"Nggak apa-apa, Sayang. Itu Tante Lulu, tantenya Evan," ucap Letta sambil mengusap pelan punggung Evan.
Lulu hanya bisa cemberut saat mendapat penolakan dari keponakannya sendiri. Mungkin benar memang salahnya yang membuat Evan kini tak mengenalinya.
"Ayo, keluar aja, main di luar biar lebih luas," ajak Letta.
Lulu menurut karena tidak tahu bagaimana caranya membujuk Evan. Evan yang berada di pelukan Letta sesekali curi pandang ke arah Lulu, tapi belum berani mendekat.
"Makanya sering pulang," bisik Letta ke telinga Lulu saat Evan telah diletakkannya di playmat.
Lulu tersenyum 'sok' manis agar kakak ipar sekaligus sahabatnya itu memaafkannya. "Sibuk belajar."
"Halah. Sibuk nyembuhin patah hati kan," ledek Letta.
"Nah itu tau," balas Lulu. "Udah berapa bulan?" tanya Lulu melihat ke arah perut Letta.
"Lima bulan."
Mata Lulu membulat sempurna. "Mas Ares! Parah banget ih. Letta masih belum lupa rasanya lahiran Evan, eh udah dihamilin lagi," teriak Lulu agar kakaknya yang berada di dapur mendengarnya.
Evan menatap Lulu yang baru saja berteriak. Lulu yang sadar akan hal itu langsung mengajaknya bercanda. Meski belum sepenuhnya mau, setidaknya ia tidak ditolak mentah-mentah seperti sebelumnya.
'Ditolak terus sih. Nasibku begini amat. Nggak sama laki, nggak sama ponakan,' batin Lulu.
"Lu, mumpung Evan anteng, kutinggal bentar ya ngurus masmu. Titip Evan." Letta tidak menunggu persetujuan Lulu. Dengan isengnya, ia langsung melangkah menjauh.
"Eh, Ta." Lulu membungkam mulutnya saat menyadari Evan tengah menatapnya. Keponakannya itu pasti akan menangis kalau mendengarnya teriak lagi.
Dan benar dugaannya. Evan kembali terisak setelah ditinggal Letta beberapa menit. Lulu yang kebingungan segera menggendong tubuh Evan. Bukannya diam, Evan semakin meronta untuk dilepaskan. Baru saja Lulu ingin melangkahkan kaki ke dapur di mana kakak dan kakak iparnya berada, suara berat seorang laki-laki menegurnya.
"Evan nangis? Sini ikut Om."
Suara itu membuat Lulu membeku di tempat. Lamunannya baru disadarkan gerakan Evan yang merentangkan tangan pada lelaki itu.
"Yuk, sama Om."
Lulu menoleh dan membiarkan laki-laki itu menggendong Evan. Evan yang seketika tenang dalam gendongan lelaki itu membuat Lulu mendengus kesal.

YOU ARE READING
ALL I WANT IS YOU
RomanceKata orang, tidak mungkin ada persahabatan tanpa rasa cinta di antara laki-laki dan perempuan. Mungkin itu benar. Nyatanya Antares Cakrawangsa tiba-tiba saja jatuh cinta pada sahabatnya sejak bayi. Orang bilang, long distance relationship itu tidakl...