48 Susahnya Meminta Maaf

161 38 1
                                        

"Kenapa, Sayang?" Ares memperhatikan wajah Letta yang tertekuk, tidak seperti biasanya.

"Nggak apa-apa." Letta menggenggam tangan kiri Ares yang sedang mengusap wajahnya perlahan.

"Mau langsung pulang?"

"Boleh makan di luar dulu nggak, Mas?"

"Boleh lah. Kamu lagi pengen apa?"

"Ke Mbah Jingkrak ya, pengen makanan yang agak pedes."

"Tolong masukin ke GPS biar aku gampang, Ta."

"Aku aja yang nunjukin jalannya."

Keduanya memilih tempat duduk di pinggir kolam yang terlihat romantis. Namun, sedang tidak ada istilah 'romantis' di suasana hati Letta saat ini.

"Sayang, kenapa? Nggak mau cerita?"

Letta masih termenung menatap kolam buatan di sebelahnya. "Nggak apa-apa."

Ares mendengkus sambil menggelengkan kepala. "Cewek kalo bilang nggak apa-apa itu artinya ada apa-apa. Gitu kan?"

Letta menyunggingkan senyumnya.

"Aku ada salah?" tanya Ares lagi.

"Nggak, Maaas."

Letta menimbang sesaat sebelum bercerita. "Aku aja kali ya yang baper. Tadi Mas Ezra marahin aku. Yah maklum lah, Mas, ala-ala pegawai baru pertama kali dimarahin. Pasti nyesek kan."

"Memang kamu bikin salah apa?" Ares paham apa yang dialami Letta, awal dia terjun di perusahaan, dia memang tidak dimarahi orang, tapi diremehkan sudah menjadi makanan sehari-harinya.

"Mas Ezra kirim beberapa file yang mesti aku review, trus siang abis aku minum obat, aku ketiduran. Jadi temenku bantuin aku. Nah pas aku setor kerjaan dimarahin deh, kenapa dibantuin orang. Tapi yang aku kesel, Mas Ezra bawa-bawa Papa. Dia bilang, 'Apa kamu mau kayak papamu?' Nggak tau kayaknya sakit ati banget pas dia ngomong begitu."

"Kok diem aja? Emang aku yang baperan ya?" tanya Letta saat Ares tidak menyahuti ceritanya.

Ares menggeleng. "Kata Lulu, kalo cewek curhat tapi nggak minta nasihat, dengerin aja, karena artinya cewek itu lagi nggak butuh nasihat, cuma butuh didengerin."

"Kenapa Lulu sampe ngasih nasihat kamu kayak gitu? Buat cewek yang mana?" tanya Letta penuh selidik.

"Ya buat Lulu sendiri lah. Duh dia kalo curhat, Ta, panjang kali lebar deh. Aku pulang ke rumah tu seharian bisa dengerin curhatan dia doang."

Letta terbahak mendengarnya dan berhasil melupakan sedikit masalahnya.

"Kamu mau kerja di kantorku nggak?" tanya Ares tiba-tiba.

"Hah? Emang aku mau kamu tempatin di divisi mana?" Letta menahan tawanya.

"Di mana aja yang kamu mau. Tapi mejamu ditaro di ruanganku."

Akhirnya tawa Letta meledak. "Ngeri banget."

"Kok ngeri sih?" Ares mencubit pipi Letta.

"Ngeri kamu khilaf." Letta menghentikan tawanya karena pelayan datang membawakan makanan mereka. "Lagian kamu kan tau, kalo aku bukan mau nyari batu loncatan buat bagus-bagusin CV-ku."

"Ya kan aku nawarin aja, Ta, siapa tau kamu khilaf mau nerima."

Sebisa mungkin Ares melemparkan candaan agar Letta tidak terlalu memikirkan masalahnya.

***

'Ah kenapa sih mesti barengan dia?' Letta mengumpat karena harus melihat Ezra yang sedang menunggu lift bersamaan dengan dirinya yang baru memasuki lobby gedung.

ALL I WANT IS YOUWhere stories live. Discover now