"Arya, gue butuh bantuan lo hari ini."
Matahari belum juga meninggi, tapi Ares sudah dilanda kegelisahan, dan satu-satunya orang yang dapat ia mintai bantuan adalah Arya. Sebenarnya memang semalaman Ares tidak bisa memejamkan matanya, sejak tanpa angin dan tanpa hujan Letta meminta mengakhiri hubungan mereka.
"Apaan?"
"Gue perlu bicara berdua sama Letta, Gue nggak mau tau gimana caranya, yang penting nggak ada yang ganggu gue."
"Hah? Termasuk Pak Febri sama Pak Ezra juga?"
"Iya, semuanya."
"Kenapa lo sama Letta?" Arya yang sudah mengenal Ares sejak SMA tentu bisa merasakan nada suara Ares yang berbeda dari biasanya, bahkan beberapa detik sebelumnya Arya sempat teringat beberapa tahun lalu, saat Ares memutuskan kontak dengan Letta.
Ares terdiam sesaat. "Letta semalem minta putus."
"What?" Arya terpekik mendengarnya.
"Papanya sempat collapse beberapa hari yang lalu, waktu kita di Kalimantan."
"Oh, ok, gue udah tau ke mana arahnya. Ok ok, nanti gue coba bantuin supaya lo bisa berdua sama Letta."
"Thank, Ar."
***
Setibanya di kantor PT Mahendra, Arya meminta sebagian besar anggota tim untuk meninjau langsung ke lapangan, termasuk Febri dan Ezra. Alasan yang dibuat Arya pun terbilang masuk akal untuk membuat mereka semua bergegas pergi, yakni masalah demo dari masyarakat sekitar atas proyek yang sedang mereka kerjakan.
Ares sendiri mengumbar janji untuk menyusul ke lokasi setelah menyelesaikan beberapa berkas yang harus mendapat persetujuannya dan meminta Letta untuk tinggal membantunya.
"Kok sepi sih, Mbak?" tanya Letta kepada Lyla begitu melihat kondisi ruangannya.
"Tadi dapet arahan, tim proyek turun ke lapangan, ada masalah."
"Yaaah, aku ditinggal? Gara-gara kesiangan bangun nih."
"Kamu memang nggak boleh ikut, diminta Pak Ares buat bantuin dia di sini."
Letta menghembuskan napas dengan berat.
"Ya udah, aku ke ruang meeting ya, Mbak." Letta menenteng notebook dan beberapa keperluan pribadinya yang biasa dibawa ke ruang meeting.
"Kamu butuh bantuanku?" tanya Letta saat memasuki ruangan meeting. Terlihat Ares yang sedang menatap kosong ke arah layar notebook di depannya.
Ares melihat mata Letta yang terlihat sedikit membengkak. "Kamu abis nangis?"
'Hah, pertanyaan macam apa itu?' batin Letta. Ia mendengkus kesal mendengar pertanyaan Ares, padahal Ares bertanya dengan nada khawatir, bukan meledek.
"Butuh bantuan apa?" Letta mengulangi pertanyaannya.
"Sayang, aku masih perlu ngomong sama kamu."
"Jangan panggil aku gitu, please."
"Ok, ok, tapi beneran aku masih perlu ngomong sama kamu, Ta."
"Ini kantor, Res. Nggak bisa kah kita lebih profesional?"
"Ok, kalo kamu nggak mau ngomong di kantor. Ikut aku." Ares menarik tangan Letta untuk mengikutinya.
Tanpa bisa mengelak dan tidak ingin menimbulkan keributan, Letta hanya bisa mengekor ke mana Ares melangkah.
"Mau ke mana?" tanya Letta saat Ares mulai melajukan mobilnya.
"Nggak tau, aku nggak bisa mikir," jawab Ares mencoba fokus ke kemudi.

CZYTASZ
ALL I WANT IS YOU
RomansKata orang, tidak mungkin ada persahabatan tanpa rasa cinta di antara laki-laki dan perempuan. Mungkin itu benar. Nyatanya Antares Cakrawangsa tiba-tiba saja jatuh cinta pada sahabatnya sejak bayi. Orang bilang, long distance relationship itu tidakl...