Letta berdiri, meraih sling bag yang diletakkan di atas meja.
Ares yang terkesiap langsung menarik tangan Letta agar duduk kembali. "Ta, please, kita perlu ngomong."
"Memangnya ada yang perlu diomongin setelah bertahun-tahun kita gak berhubungan?"
"Aku mau minta maaf, Ta."
"Udah dimaafin dari dulu. Meskipun kamu nggak pernah bales chat dan angkat teleponku. Meskipun aku lihat pake mata kepalaku sendiri waktu kamu bawa cewek tadi ke nikahan Renata. Aku udah maafin kamu." Letta tidak mengatakannya dengan keras, tapi penuh penekanan. Bagaimana pun juga dia tidak mau menarik perhatian orang.
"Hah? Aku dateng sendiri kok ke nikahan Renata." Ares semakin erat menarik tangan Letta.
Letta berusaha mendinginkan kepalanya. Dia tidak ingin terlihat emosi di depan Ares hingga Ares bisa menertawakan penderitaannya selama ini. 'Let this wound be mine.'
"Kita cari tempat lain ya, di sini terlalu banyak orang." Ares berjalan terlebih dahulu dan membayar pesanan mereka. Ia menunggu Letta hingga berada di sebelahnya sebelum menyeberang jalan menuju ke mobilnya.
"Lulu gimana?" tanya Letta basa-basi.
"Lulu belum kelar, nanti biar pulang sendiri." Sebenarnya Ares tahu kalau sekarang Lulu sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Lulu tidak benar-benar mengerjakan tugas. Setelah keluar dari Saudagar Kopi, Lulu langsung memberi kabar ke Ares kalau ia langsung pulang menggunakan taksi.
Ares membukakan pintu depan untuk Letta. Kali ini Letta menerimanya, tidak mungkin dia duduk di kursi penumpang belakang saat mereka hanya berdua.
Kembali ke mode diam, Letta tidak berbicara sama sekali. Tidak peduli ke mana Ares akan membawanya.
"Boleh nyalain musik, Ta?" Ares berusaha memecahkan kesunyian yang membuatnya tidak nyaman. Padahal dulu ia dan Letta bisa membicarakan apa pun, berbagi cerita apa pun tanpa rasa canggung.
"Terserah," jawab Letta singkat.
Ares memutar lagu yang ada di playlist-nya, tidak peduli lagu yang mana, karena playlist-nya hanya diisi dua band, Lifehouse dan Ada Band, yang keduanya merupakan favorit Letta sejak dulu.
'Semoga Letta melunak abis dengerin lagu-lagu kesukaannya,' harap Ares.
Saat terdengar lagu berjudul Breathing dari Lifehouse, Ares terkekeh, cukup pelan menurutnya, tetapi ternyata Letta mendengarnya. Letta menoleh karena bingung Ares tertawa mendengar lagu yang seharusnya bisa membuat orang menangis.
Ares menjelaskan begitu menyadari tatapan Letta. "Ini lagunya pas banget, Ta. Even if you don't wanna speak tonight, that's alright, alright with me." Semesta mendukung, part lagu itu muncul saat Ares ingin menjelaskan ke Letta, jadi Ares tinggal menyanyikannya saja.
Letta memutar bola matanya dengan malas. Menekan tombol next agar berganti lagu.
Dan mungkin ini malam keberuntungan Ares, intro lagu You're All I Want pun mengalun. Letta berdecak kesal, ingin kembali menekan tombol next, namun Ares sudah lebih dulu menahan tangannya.
"Biarin aja, Ta. Kenapa diganti terus?"
Letta memalingkan muka menghadap ke jalanan, membiarkan Ares bernyanyi sesuka hatinya. Mendapatkan lampu hijau dari Letta, Ares semakin tidak tahan untuk tidak ikut bernyanyi.
You're all I want
You're all I need
You're everything everything

YOU ARE READING
ALL I WANT IS YOU
RomanceKata orang, tidak mungkin ada persahabatan tanpa rasa cinta di antara laki-laki dan perempuan. Mungkin itu benar. Nyatanya Antares Cakrawangsa tiba-tiba saja jatuh cinta pada sahabatnya sejak bayi. Orang bilang, long distance relationship itu tidakl...