Letta menutup mulutnya, matanya terbelalak ketika melihat pemandangan di depannya. "Nin!" panggil Letta dengan kilat kemarahan yang terpancar dari tatapannya.
Ares tengah terbaring di sisi kiri ranjang berukuran king size. Entah apa yang terjadi pada Ares, tapi ia tampak tidak sadarkan diri. Sementara Nindya duduk bersimpu di samping Ares dengan hanya mengenakan pakaian dalam.
Nindya yang terlihat sedang mencoba membuka kancing baju Ares seketika terlonjak saat mendengar suara Letta.
"Shit! Kenapa sih lo datang di saat begini?"
Letta menarik tangan Nindya dengan kasar dan menyeretnya hingga wanita itu terjatuh dari ranjang.
"Freak banget lo ya! Mau apa lo barusan?" teriak Letta, tidak peduli bila ada yang mendengarnya.
"Bukan urusan lo," balas Nindya dengan tatapan menantang.
"Jelas urusan gue. Ada ular di samping cowok gue, gimana bukan urusan gue!"
Nindya berusaha melepaskan cengkeraman tangan Letta dengan susah payah. Karena Letta masih saja bergeming, Nindya mengangkat tangan kanannya, bersiap menampar Letta sekeras yang dia bisa.
"Lo lupa berhadapan sama siapa?" Letta dengan mudah menangkis tangan Nindya. "Biar gue ingetin. Gue dulu sering mengharumkan nama SMA kita karena prestasi gue di tae kwon do," bisiknya tepat di samping telinga Nindya.
"Ada apa sih ribut-ribut?" Arya terperanjat saat melihat pemandangan di depannya. Sahabatnya yang tengah terbaring, ditambah Letta yang kini tengah mencengkeram kedua pergelangan tangan Nindya, dan Nindya yang ... hampir tanpa busana.
Meskipun saat ini Letta rasanya ingin menendang Nindya hingga keluar gedung kantor Ares, namun entah mengapa tangannya justru menarik selimut yang menutupi tubuh Ares untuk kemudian ia belitkan ke tubuh Nindya.
"Ada apa sih ini?" Arya mengalihkan pandangannya, enggan melihat Nindya yang seperti wanita tidak tahu adab.
"Panggil dokter, Ar!" pinta Letta.
Arya melirik ke arah Letta dan begitu leganya ia saat melihat Nindya telah terbelit selimut.
"Bisa jelasin ke gue, Nin?" tanya Arya dengan penuh kemarahan.
"Dia nggak akan mau buka mulut juga, Ar. Temenin Ares dulu, gue perlu bicara sama dia."
Nindya memunguti bajunya yang ia letakkan di atas nakas.
Masih dengan berbalut selimut, Letta mencengkeram bahu Nindya dan mendorongnya keluar. Tak lupa Letta mendorong Arya masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya agar Nindya bisa berganti baju. Letta juga beranjak ke pintu ruangan kerja Ares dan menguncinya.
"Pake baju lo, kalo nggak mau keluar gedung ini dengan keadaan kayak gini!"
Letta membalikkan badan, membiarkan Nindya mengenakan kembali pakaiannya.
Letta berpaling untuk mengamati beberapa pigura berisi foto keluarga dan foto mereka berdua yang sepertinya belum lama ditambahkan Ares, tapi tiba-tiba rambutnya terasa dijambak seseorang.
Sakit.
Namun Letta tidak akan mengaduh untuk memuaskan Nindya.
"Lo tau nggak kenapa gue ikut bela diri?" tangan Letta berhasil meraih tangan Nindya dan memelintirnya. "Karena gue jijik ngelihat cewek yang berantem jambak-jambakan. Bukan level gue."
Letta menghembuskan napas, mencoba berpikir dengan jernih. 'Gue apain enaknya ni anak?'
Nindya memberengut, kini tangan kirinya meraih vas bunga yang ada di atas meja kerja Ares.

YOU ARE READING
ALL I WANT IS YOU
RomanceKata orang, tidak mungkin ada persahabatan tanpa rasa cinta di antara laki-laki dan perempuan. Mungkin itu benar. Nyatanya Antares Cakrawangsa tiba-tiba saja jatuh cinta pada sahabatnya sejak bayi. Orang bilang, long distance relationship itu tidakl...