"Mala, Lo ngajak makan apaan sih ni? Nggak ngerti Gue makanan Korea begini, yang enak apaan dah?" Egi mulai mengeluarkan keluh kesahnya kala membaca daftar menu.
Tidak cuma Egi, Raka juga mengernyit membaca daftar menu.
"Kalian belum pernah makan makanan Korea gini?" Mala terkekeh melihat dua orang itu masih membolak-balik halaman dengan gusar. "Kalau mau aman sih ramen, bibimbap, atau teokbokki aja."
Windi menatap Ares yang tampak santai dan terlihat lebih sering melirik ke arah Letta daripada buku menu. "Lo nggak ikutan bingung kayak mereka, Res?"
Ares tersenyum malu. "Bingung sih, pilihin ya, Ta." Katanya sambil menoleh ke arah Letta.
"Emang seleramu masih sama?" tanya Letta pelan sambil berpikir menu apa yang akan dipilihnya. Tujuan Letta hanya ingin menjaga harga diri Ares di depan orang-orang yang belum mengenal mereka. Akan beda jadinya kalau Ares melakukan hal ini di depan Vera atau Renata, pasti Letta tidak akan seanteng itu menghadapi Ares.
"Masih sama lah, buktinya aku mentok ke kamu juga." Ares juga membalas dengan bisikan.
Letta memesankan bibimbap untuk Ares dan jajangmyeon untuknya sendiri.
Ares tidak terlalu banyak terlibat di perbincangan mereka, membiarkan kelima orang itu untuk mengenal lebih jauh. Ia sudah cukup puas dengan diam dan berada di samping Letta.
Tiba-tiba Raka memulai percakapannya dengan Ares. "Kerja di mana, Res?"
"Di Cakrawangsa."
"Wow, udah lama?" Raka menunjukkan ketertarikannya.
"Lumayan."
"Kerja lo di bagian apanya?"
Ares tidak pernah suka jika harus menunjukkan jabatannya untuk urusan yang bukan pekerjaan, "Yah ngerjain semuanya, ngurus tender, macem-macem."
"Oooh emang gitu ya nasib staf, mesti bisa semuanya."
Letta menahan tawanya. sementara Ares hanya membalas dengan tersenyum. Namun tampaknya Raka masih ingin menyombongkan dirinya, apalagi di depan orang-orang yang baru dia kenal tentunya bisa menjadi point plus buat dirinya.
"Sebenernya gue kerja di Mahendra cuma buat batu loncatan aja sih. Paman gue direktur di Manggala, harusnya gue bisa apply ke sana," ujar Raka yang kemudian membuat Egi, Mala, dan Windi terperangah, tapi tidak dengan Ares dan Letta.
"Batu loncatan gimana?" tanya Ares kemudian.
"Perusahaan ini menarik banget menurut gue. Coba ya, perusahaan yang hampir pailit, tapi ternyata mampu beresin semua masalah, dan sekarang perusahaan ini bertahan dengan anak perusahaan yang katanya semakin maju. Ya meskipun pemiliknya katanya sih hampir gila sampe nggak pernah nongol lagi di Jakarta."
Ares menegang, melirik Letta di sebelahnya yang mengepalkan tangannya di bawah meja. Ares meraih dan menggenggam tangan itu untuk menenangkannya. Ia memang belum mendengar apa pun tentang keadaan keluarga Letta setelah mereka berpisah.
Letta sebenarnya tidak peduli perusahaannya dikatakan hampir pailit dan segala macamnya. Tapi perkataan Raka di ujung kalimat yang berhubungan dengan papanya membuatnya ingin menendang Raka sekarang juga.
"Ke toilet dulu ya." Letta pergi untuk meredam amarahnya.
"Kata Windi kalian nggak pacaran ya?" tanya Raka sambil menunjuk bangku Letta yang sedang kosong, menandakan kalau 'kalian' yang dimaksud adalah Ares dan Letta.
"Belum."
"Gue masih ada kesempatan dong. Gimana kalau kita bersaing secara fair?"
Ares melemparkan senyum sinisnya. "Kenapa nggak ngomongnya pas ada Letta aja, biar dia yang bilang mau atau nggak lo deketin." Bahu Ares sudah tidak serileks sebelumnya.

YOU ARE READING
ALL I WANT IS YOU
RomanceKata orang, tidak mungkin ada persahabatan tanpa rasa cinta di antara laki-laki dan perempuan. Mungkin itu benar. Nyatanya Antares Cakrawangsa tiba-tiba saja jatuh cinta pada sahabatnya sejak bayi. Orang bilang, long distance relationship itu tidakl...