98 Perhatian yang Disalahartikan

122 30 4
                                        

"Ta ...."

Siang itu, Ares menghubungi Letta saat istirahat. Letta—yang sedang menikmati makan siangnya bersama Mala di kantin kantor—bergegas mengangkatnya.

"Ya, Res?" tanya Letta sambil mengunyah mie ayam.

"Lagi makan?"

"Iya, kamu udah makan?"

"Belum, masih dipesenin."

"Oooh, dipesenin Nindya?" tanya Letta dengan nada merajuk yang dibuat-buat, padahal ia sedang menahan geli membayangkan Ares yang langsung kelabakan.

"Ya dia kan sekretarisku, Sayang. Aku nggak sempet makan keluar." Terdengar helaan napas yang cukup berat dari Ares. "Ya udah, nanti yang dia pesenin nggak jadi kumakan. Ini aku pesen sendiri aja."

Ares terkejut saat mendengar tawa terbahak dari Letta.

"Becanda kali. Emang pikiranku secetek itu apa. Makan ya, apa yang dipesenin dimakan, jangan buang-buang makanan."

"Kamu ini ah, bikin deg-degan aja. Oh iya aku mau nanya, nanti kamu pulang jam berapa?"

"Biasa, jam empat, lagi nggak ada kerjaan yang mesti bikin lembur kok. Kenapa? Kamu sibuk atau ada meeting ya?"

"Hmm ... nggak, nggak, ya udah nanti aku jemput kayak biasa ya."

Semula Ares berharap Letta ada acara atau pekerjaan yang membuatnya sedikit lebih lama di kantor, sedikit saja, karena Ares harus mengerjakan beberapa pekerjaannya. Tapi jahat juga rasanya meminta Letta menunggunya atau menghabiskan waktu lebih lama untuk bekerja.

***

Sebuah mobil Honda Accord yang tidak dikenal Letta tiba-tiba berhenti di depannya, saat ia sedang menunggu Ares di area drop off seperti biasa.

Ares turun dari kursi penumpang belakang dan membukakan pintu untuk Letta yang masih berdiri dengan bingung.

"Nggak apa-apa ya hari ini aku nggak nyetir sendiri."

"Ya nggak apa-apa sih, aku juga ngerti kalo kamu capek."

"Aku ada sedikit kerjaan yang mesti diberesin dan Arya minta aku standby, takutnya kalo nyetir sendiri malah bahaya."

"Iya, iya, aku nggak masalah kok. Malah harusnya kamu bilang aja kalo masih ada kerjaan, aku bisa pulang sendiri."

Ares menyandarkan kepalanya di bahu Letta. "Sebentar ya, aku butuh recharge energi."

Letta tersenyum dan menangkup pipi Ares dengan sebelah tangannya. "Lagi banyak kerjaan?"

"Lumayan. Kamu gimana di kantor? Penggantinya Mas Ezra udah dipilih?"

Tidak pernah terpikirkan oleh keduanya sebelumnya, membicarakan pekerjaan dengan orang yang disayang menjadi salah satu opsi yang menyenangkan daripada pasangan-pasangan di luar sana yang bertemu tetapi menghabiskan waktu untuk menatap gadget masing-masing.

"Belum, kan Mas Ezra juga belum berangkat, masih tiga mingguan lagi. Tadi Mas Febri ngasih pengumuman, hmm ... semacam kompetisi gitu. Semua orang di divisiku sama siapa pun yang berminat dari departemen pemasaran boleh ngajuin proposal strategi pemasaran untuk proyek terbaru kita yang di Bandung."

"Kamu ikutan juga kan?" tanya Ares penasaran.

"Mas Febri sama Mas Ezra udah ngomong langsung ke aku, minta aku nyiapin proposal juga."

"Aku yakin kamu bisa, kalo butuh bantuan bilang aja ya."

Entah sejak kapan keduanya memejamkan mata, hingga supir yang mengantar mereka melirik melalui rear view mirror dan menimbang-nimbang untuk membangunkan mereka.

ALL I WANT IS YOUWhere stories live. Discover now