117 Memilikimu Seutuhnya

147 31 2
                                        


"Loh, kalian dari mana?" Orang tua Ares dan Letta menatap bingung kepada sepasang pengantin baru yang terlihat seperti baru pulang dari jalan-jalan, bukannya 'ngamar'.

Keduanya baru memasuki restoran dan melihat keluarga mereka tengah berkumpul untuk menikmati makan malam bersama. Tanpa pikir panjang, Ares dan Letta bergabung dengan keluarga mereka di satu meja.

"Dari jalan-jalan, Ma," jawab Letta. "Tadi Mas pengen makan di luar, jadi kita ke Bakso Lapangan Tembak, abis itu sekalian jalan-jalan ke Sency."

"Kalian pengantin baru loh," ledek ayah Ares.

Ares dan Letta hanya bisa tersenyum salah tingkah.

"Masih banyak waktu, Yah."

"Dari sore tadi, kalian baru balik sekarang?" tanya Ezra yang juga ikut bergabung di satu meja.

Ares mengangguk. "Mas Ezra balik kapan?"

"Minggu depan kayaknya."

"Dapet bule nggak Zra di sana? Atau orang Indonesia yang sama-sama lagi kuliah di sana?" tanya Ardian.

"Nggak, Yah. Ezra di sana belajar, nggak mikir macem-macem."

"Ya nggak apa-apa sambil nyari. Nanti kalo udah kelar kuliahnya, balik ke sini, biar bisa langsung dikenalin ke Ayah."

"Atau mau dikenalin ke temen Lulu? Ada nggak Lu yang kira-kira cocok sama Ezra?" Setelah mengobrol beberapa saat dengan Ezra, Mira mulai menganggap Ezra sebagai bagian dari keluarga sahabatnya.

"Dih, daripada dikenalin ke temen Lulu, mending sama Lulu aja."

Ares memelototi Lulu karena ucapannya barusan. "Trus kalo kamu sama Mas Ezra, aku sama Letta manggilnya gimana? Dek Ezra apa Mas Ezra?" seloroh Ares.

"Becanda, Mas, singit amat. Jangan galak-galak lah, udah ada pawangnya juga."

***

"Ta." Ares mendekati Letta yang duduk di ujung kasur.

"Ya? Kenapa?" Suara yang keluar dari Letta seperti orang yang sedang tercekat.

Ares pun nervous.

Sama.

Namun demi berusaha menutupi rasa gugupnya, Ares melangkah masuk ke dalam kamar mandi dan memulai ritual mandinya. Bagaimana pun juga mereka baru kembali dari luar sejak sore hari.

Ares keluar setengah jam kemudian, menghampiri Letta yang masih setia pada posisinya di ujung kasur. "Mandi dulu, Ta, udah kusiapin air hangat di bathtub. Berendam dulu gih biar rileks."

"Loh? Kan harusnya aku yang melayani kamu, kok ini jadi kebalik."

"Nanti kamu melayani yang lain aja, Sayang." Kerlingan jahil menghiasi wajah Ares. Ares terkekeh melihat Letta yang mengerucutkan bibir. Satu kecupan mungkin bisa membuat istrinya sedikit rileks.

Rencana awal satu kecupan, tapi nyatanya berubah menjadi lumatan, dan diakhiri dengan napas keduanya yang tersengal.

"Aku mandi dulu, nanti airnya keburu dingin."

Ares mengangguk walau berat melepaskan istrinya saat itu. 'Arrgh, harusnya nggak mandi duluan tadi,' batin Ares.

Bukan hal yang menyenangkan menunggu seseorang dan sekarang Ares memahami makna sesungguhnya ucapan itu. Ditambah lagi rasa gelisah karena terlalu lama menunggu Letta berendam.

Senyuman seketika menghiasi wajahnya saat melihat istrinya keluar dari kamar mandi. "Lama banget sih, Ta," ucapnya merajuk.

"Kan kamu suruh berendem dulu. Sayang airnya kalo cepet-cepet keluar dari bathtub." Letta terkekeh melihat Ares yang bersungut-sungut.

Ares menatap Letta dengan dress tidur berbahan satin yang membalut tubuhnya. Dress soft pink dengan tali spaghetti itu terlihat begitu elok.

Kenapa Letta tidak mengenakan lingerie seperti umumnya pengantin baru? Bukan, bukan Letta tidak mempersiapkan. Saat masuk ke dalam kamar mandi pun, dia membawa dua pilihan yang akan dipakainya. Tapi dia belum sanggup mengenakan lingerie yang dibawanya dan berakhir mengenakan dress satin yang terlihat lebih normal di matanya.

Ares menepuk-nepuk bantal di sebelahnya, memberikan kode kepada Letta untuk segera berbaring, kemudian mematikan beberapa lampu hingga tersisa lampu hias di belakang TV yang menyala.

Dalam diam, Letta menelusup ke dalam pelukan Ares, menghidu aroma lelaki itu dengan leluasa.

"Masih capek?" tanya Ares. Ia tidak akan memaksa seandainya Letta masih kelelahan karena acara pernikahan mereka.

Ares merasakan gelengan Letta di dalam pelukannya.

"Mas, kamu deg-degan banget." Letta sedikit merenggangkan pelukan dan mendongak menatap suaminya.

"Emang kamu nggak deg-degan?"

Walaupun deg-degan, Letta menggoda Ares dengan menggeleng.

"Serius?" Ares mengecup setiap senti wajah Letta. "Udah deg-degan belom?"

Letta lagi-lagi menggeleng, padahal jantungnya berdegup kencang.

Ares kini tidak peduli lagi dengan jawaban bohong Letta. Ia bisa merasakan sendiri jantung Letta yang bertalu. Akhirnya pertahanannya luruh. Sejujurnya bibir pink Letta sudah sedari tadi menggodanya.

Perlahan, kecupan demi kecupan berubah menjadi lumatan. Yang semula hanya di bibir, kini turun hingga leher jenjang dan bahu Letta .

Entah sejak kapan keduanya dalam keadaan polos. Ares masih memberikan kecupan di setiap senti tubuh Letta agar wanita itu merasa rileks.

"Are you ok?" tanya Ares yang melihat Letta terkadang menggigit bibirnya.

"Jujur apa bohong?"

"Jujur dong, aku nggak pengen bikin kamu nggak nyaman." Tangan Ares mengusap kening Letta yang sudah mulai berpeluh.

"Geli, Sayaaang."

Ares mengembalikan fokusnya. Ia kembali menggoda Letta yang kini berada di bawah kungkungannya.

Ini adalah kali pertama buat keduanya, tentunya mereka tidak semahir cerita-cerita di novel ataupun adegan di film. Ares paham itu, dan dia berjanji akan sering berlatih agar semakin expert dalam memuaskan istrinya.

Saat dirasanya Letta telah siap, Ares mencobanya dalam sekali dorongan.

Seketika ia menghentikan gerakannya saat melihat Letta meringis kesakitan.

"Sakit?"

Letta mengangguk. "Pelan-pelan aja, please."

"Iya, Sayang, aku pelan-pelan."

Ares bergerak selembut mungkin karena tidak tega melihat istrinya yang mengerang kesakitan. Ares kembali memberikan lumatan ke bibir istrinya agar Letta terdistraksi dari rasa sakitnya.

Untungnya upaya Ares itu membuahkan hasil. Letta mulai mengikuti gerakan Ares dan bisa rileks karena pagutannya.

***

Ares menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Letta ketika ia mencapai pelepasannya.

"Makasih, Sayang. Makasih udah jaga kehormatanmu. Mama Papa udah nggak bisa manggil kamu 'anak gadis' lagi," ucap Ares dengan bangga.

"Mas, aku haus." Letta baru hendak bangun sebelum Ares menahannya.

"Aku aja." Ares berdiri masih dengan keadaan polos dan berjalan mengambil air mineral yang ada di rak bawah TV.

"Mas ih!" Letta terpekik.

"Apa?"

"Pake celana dulu kek."

"Nggak usah lah, kali aja besok pagi mau lagi."

Letta menarik selimut hingga ke leher saat Ares mengangsurkan botol air mineral untuknya.

"Sakit banget ya tadi?"

"Ngilu, banget." Rambut tangannya meremang saat mengingat rasa sakitnya.

"Tidur yuk. Atau mau lagi?"

ALL I WANT IS YOUWhere stories live. Discover now