146 Extra Part (Alvin-Lulu): Pembubaran Panitia

91 19 2
                                        

-Flashback Pembubaran Panitia Tujuh Bulanan Letta-

"Kita mau konvoi atau gimana?"

"Aku nggak bawa mobil kok, Mas," jawab Lulu sambil menelan rasa malunya.

Andaikan Alvin orang yang peka, dia pasti akan berpikir kalau Lulu penuh persiapan untuk mengajaknya makan. Mulai dari kedatangannya yang tiba-tiba ke rumah sakit dengan alasan mengejuk Evan, kemudian ajakannya untuk makan bersama dengan alasan pembubaran panitia, dan terakhir sengaja tidak membawa mobil agar bisa bersama.

"Oh, lebih gampang kalo gitu. Naik mobil saya aja." Alvin terdiam sesaat setelah menatap mobilnya dari jarak jauh. "Tapi mobil saya mobil biasa, nggak apa-apa, Lu?"

"Emang ada mobil yang luar biasa?" tanya Lulu serius. Baginya mobil ya mobil, kendaraan beroda empat yang bisa digunakan untuk mengangkut orang atau barang.

"Ya ... ya udah lah. Maaf ya kalo nanti nggak nyaman."

Padahal dalam hati Alvin ingin mencontohkan mobil Lulu sendiri, mobil kakaknya, atau mobil keluarganya yang lain. Tapi menilik dari ekspresi Lulu, ia sama sekali tidak merasa keberatan dan berjalan di samping Alvin dengan anggunnya.

Setengah mati Lulu menahan debaran jantungnya dan rona wajahnya yang kemungkinan besar sudah berubah karena kulitnya yang putih.

Wajah Lulu semakin merona merah saat Alvin dengan gentleman-nya membukakan pintu mobil untuk Lulu. 'Oh my God! Jadi ini yang dirasain Letta setiap Mas Ares bukain pintu mobil untuk dia. Ya ampun receh banget kebahagiaan gue.'

"Mau makan di mana, Lu?"

"Hmmm ... Sabang? Kan banyak pilihan makanan."

"Ok."

Alvin melajukan mobilnya setelah beberapa kali melirik Lulu, mencari sedikit saja raut tidak nyaman dari wanita itu, tapi nihil, Alvin tidak menemukannya sama sekali. Lulu bahkan terlihat bersandar dengan santai.

Tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk keduanya tiba di kawasan kuliner Sabang. Hari memang belum terlalu gelap, kalau mereka berangkat satu jam lebih lama, mungkin mereka akan terjebak kemacetan bersama dengan muda mudi lain yang berniat menghabiskan malam minggu.

"Mau makan di mananya, Lu? Biar saya nyari parkir yang deket-deket tempat makannya."

"Ini aku yang nentuin tempatnya?"

"Iya, kan kamu ketua panitianya, katanya mau pembubaran panitia."

Lulu terbahak mendengar ucapan Alvin. Entah bagian mana dari sel otaknya yang membuatnya mengucapkan ide pembubaran panitia tujuh bulanan kakak iparnya. Kalau sekarang dia mengingatnya lagi, rasanya ia lebih baik tersedot ke dalam black hole daripada mempermalukan diri sendiri seperti itu.

"Mas Alvin sukanya apa?"

"Saya makan apa aja, nggak lagi diet, dan nggak punya alergi," jawab Alvin lengkap.

Lulu tersenyum mendengar jawaban Alvin. Sebenarnya memang sejak tadi senyumnya tidak luntur.

"Kalo preferensi tempatnya, gimana?"

"Apa lagi itu, saya nggak milih-milih, Lu. Kamu pikirin kamu aja, maunya makan apa."

Lulu menimbang sesaat. "Aku pengen nasi gandul, tapi warungnya kecil, Mas. Hmm ... yang lain aja deh."

"Nggak apa-apa, Lu, kalo memang mau nasi ... apa itu tadi katamu? Saya juga belum pernah nyoba, jadi anggep aja kamu lagi nganter saya wisata kuliner."

"Okey, nasi gandul ya kalo gitu."

"Itu apa sih, Lu? Kamu nggak ngajak makan aneh-aneh kan?"

Tawa berderai keluar dari bibir Lulu yang malam itu dipoles lipstik dusty pink. "Makanan khas Pati, Mas. Kayak soto daging gitu, tapi kuahnya nggak sebanyak soto. Trus warna kuahnya item tapi nggak seitem rawon. Susah Mas aku ngejelasinnya."

ALL I WANT IS YOUWhere stories live. Discover now