9 Curhat

253 55 11
                                        

Ares si raja labil, julukan yang kini disematkan Letta untuk Ares. Sejak pesta dan foto keluarga beberapa hari lalu, Ares kembali menjauhinya. Beberapa kali Letta berusaha mengajak bicara Ares, tapi selalu berakhir dengan diabaikan atau ditinggalkan begitu saja.

"Kenapa muka asem banget, Bu?" Vera mengangsurkan wadah sambal ke arah Letta.

"Nggak apa-apa," jawab Letta sambil menuang empat sendok sambal ke dalam mangkok baksonya. Kebiasaan Letta adalah makan pedas untuk menghilangkan stresnya. Vera dan Renata sudah hafal kebiasaan Letta yang satu ini.

"Hati-hati perut Ta," tambah Renata. "Emangnya Ares masih nyuekin lo?"

"Ya gitu deh. Gue tu gak ngerti salah gue apa. Padahal ya, beberapa hari lalu keluarga kita kumpul ya kan, dan fine fine aja. Malahan berani-beraninya dia nyium kepala gue waktu foto. Trus sekarang..." Mendadak Letta berhenti bicara. Dia menyadari ada yang salah dengan omongannya karena Vera dan Renata tersedak secara bersamaan.

"Nyium?" Vera yang terlihat shock menghentikan total aktivitas makannya demi mendapat penjelasan dari Letta.

Sementara Renata hanya terkekeh. Bagaimanapun juga Renata pernah melihat mereka berpelukan sepanjang malam di bus. Jadi, ia sudah bisa memprediksi, cepat atau lambat pasti akan ada kejadian lain di antara keduanya.

"Ehmmm, nyium sini doang nih, di sini." Letta meletakkan tangannya di puncak kepalanya.

"Trus lo gimana?" Untuk urusan korek mengorek masalah seperti ini, Vera patut diacungi jempol.

"Gimana apanya?" Letta mulai salah tingkah karena sejak tadi Vera dan Renata terus memandangnya.

"Ya perasaan lo gimana?" Renata semakin gemas melihat tingkah Letta yang sok cuek.

"Ya nggak gimana-gimana. Biasa aja."

"Nggak deg-degan sama sekali?" Tanya Vera sambil mencolek dagu Letta.

Letta tahu dia tidak akan bisa berbohong di depan kedua sahabatnya ini. "Dikit."

Merasa puas karena tebakannya benar, Renata langsung ber-high five ria dengan Vera.

"Gue rasa sih ya, sebenernya Ares suka sama lo deh, Ta." Renata memberikan pendapatnya.

"Sembarangan! Mana ada orang suka tapi malah ngejauhin gue gini."

"Mungkin dia masih bingung sama perasaannya, atau bingung ke depannya kalian bakal kayak apa."

"Duh sorry ya, Ta, gue gak bisa ngasih masukan apa-apa kalau soal percintaan gini. Lo tau sendiri, gue sama Bima aja gak ada kemajuan. Renata sih pasti lebih jago, dari SMP coba masih betah aja sama Aldo, sampe LDR pun tetep dijalanin." Vera mengacungkan jempol ke arah Renata. "Kalo sama Bagas gimana? Gue liat belakangan ini kayaknya Bagas gencar deketin lo, Ta."

"Hmmm sebenernya pas di Sukabumi itu Bagas bilang suka sama gue. Ssssst, woles girls!" Letta mencoba menenangkan dua temannya yang hampir menjerit. "Dia gak nembak gue ya, katanya dia cuma minta izin buat ngedeketin dan ngebuktiin perasaannya ke gue," sambung Letta.

"Awwwh sweet banget deh Bagas." Vera mengeluarkan gaya fan girling-nya.

"Tolong mulutnya di-filter, Sis! Ini di kantin, bukan di kamar." Letta melotot ke arah Vera.

"Trus lo gimana?" tanya Renata.

"Ya deg-degan lah, siapa juga yang gak deg-degan ada orang yang bilang suka, di pinggir pantai, malem-malem pula."

"Awwwh so sweet..."

Kali ini Letta menoyor Vera karena suaranya berhasil membuat beberapa anak di kantin menoleh ke arah meja mereka.

ALL I WANT IS YOUWhere stories live. Discover now