Miles Away From London 1/1

242 27 5
                                    

It feels like I once lost in your eyes, once fell in your arm, hugged you like a story that has forgotten...

Bersin pertama...

Bersin kedua...

Bersin ketiga...

"Gun, pakailah masker, kau terus-terusan bersin."

Buku-buku pada rak demi rak yang berbahan kayu dan dicat coklat hampir separuhnya kosong, ditumpuk rapih di lantai, sementara seorang pemuda bernama Gun sibuk mengebas-ngebas debu di setiap sudut rak sebelum meletakkan kembali buku-buku yang ada ke tempatnya semula.

"Aku gampang sesak nafas kalau pakai masker."

"Tapi nafasmu juga akan terasa sesak kalau kebanyakan debu masuk, Gun."

Gun menghentikan aktivitas membersihkan debu di buku-buku itu, kemudian menghampiri pemuda lainnya lagi, yang sedang sibuk dengan pulpen dan buku berukuran besar di hadapannya.

"Kau juga tidak pakai masker, New."

New berdecak. "Aku kan bagian mendata buku dan daftar nama para peminjam, aku tak butuh masker."

Gun tersenyum. "Aku tak apa, aku akan memakai masker jika merasa perlu nanti."

New cukup bijaksana untuk tidak mendebat lagi. "Kau mau gantian saja denganku? Biar aku yang bersihkan raknya."

"Kau tahu aku tak suka kegiatan mendata buku dan nama-nama peminjamnya, itu membosankan menurutku."

Sebuah senyum tergambar di wajah tampan New. "Oke... by the way, bagaimana hubunganmu dengan Narapat?"

"Bagaimana apanya?"

New memutar bola mata jengah. "Kau tahu persis maksudku."

"Tidak sama sekali," balas Gun. "Apa maksudmu?"

New membuat garis baru menggunakan penggaris besi. "Dia sudah menyatakan perasaannya, kan? Kalian dinner kemarin malam. Apa jawabanmu?" tanyanya ingin tahu.

Gun membuat suara dengusan untuk mengeluarkan sedikit debu yang kembali masuk ke hidungnya. "Aku bilang aku tidak bisa menerimanya."

"Kenapa?"

"Well." Gun bersin lagi. "Aku belum tahu apakah aku bisa berkencan dengan laki-laki juga."

"Ah I see... masih sangat bingung?"

"Lumayan."

"Kau yakin hanya itu alasanmu?" New mengamat-amati. "Bukan karena kau masih suka merasakan perasaan aneh itu?"

Gun mengembus nafas. "Entahlah, setiap kali aku dekat dengan seseorang, dan sudah mulai menaruh rasa, aku merasa bersalah, aku merasa itu tidak benar." Ia sudah sering membicarakannya dengan New.

New ikutan menghela nafas. "Aneh juga dirimu."

"Aku mungkin hanya beralasan saja. Kau tahu aku ingin fokus berkuliah terlebih dahulu."

The Sun Also SetsWhere stories live. Discover now