I Told God About You 7/1

139 25 4
                                    

I give thanks to my God in all my remembrance of you...¹

Musim panas itu akhirnya tiba, musim yang Gun nanti-nanti, karena akhirnya ia memiliki kesempatan untuk pulang ke London, ke rumahnya. Meski, ia akui bahwa kata 'rumah' entah bagaimana selalu membuatnya berpikir tentang Glasgow.

Ternyata, berbulan-bulan menghabiskan waktu di tempat yang berada ratusan mil jauhnya dari Inggris ini membuatnya kemudian betah. Gun tidak ingin menyangkalnya, dan ia tahu itu masuk akal. Bagaimana tidak? Ia memiliki keluarga yang penuh kasih sayang, memiliki dua teman baik yang memang sungguh baik, memiliki orang-orang lain yang tidak melakukan apa-apa selain hal baik kepadanya.

Namun, Gun tetap tidak ingin teledor, ia tetap bertekad untuk pulang ke London. Ia hanya ingin memastikan beberapa hal, jika hasilnya tidak sesuai dengan perkiraan dan harapannya, sudah dirinya putuskan bahwa ia akan kembali ke Glasgow, dan melanjutkan hidup.

"Sudah selesai mengemas barang-barangmu, Miracle?"

Gun sedang melamun saat Saowaros datang, dan suara ibunya cukup untuk membuyarkan lamunannya.

"Tinggal beberapa hal lagi saja, Mama."

Saowaros tersenyum. "Apakah portmanteau² yang ini cukup, atau perlukah Mama meminta Chinnarat membelikan yang berukuran lebih besar?"

"Ini sudah sangat cukup, Mama," jawab Gun.

"Baiklah kalau begitu."

Saowaros memperhatikan putranya memasukkan segala keperluannya untuk perjalanan ke London besok.

"Miracle..."

"Ya, Mama?"

"Kemarilah, duduk di sebelah Mama. Ada yang ingin Mama bicarakan."

Gun menuruti, ia duduk di sebelah ibunya yang duduk pada bangku panjang yang terletak di dekat jendela kamarnya.

"Ada apa, Mama?" tanyanya.

Saowaros tersenyum, senyuman yang selalu membuat Gun merasa nyaman. "Apakah terjadi sesuatu di malam pementasan drama itu?"

Gun terperangah sepersekian detik mendengar pertanyaan ibunya. "Tidak, Mama."

"Mama kecewa kau berbohong," sahut Saowaros.

"Mama..."

"Apakah His Grace melakukan sesuatu yang buruk? Mama tidak bermaksud ikut campur, tetapi Mama perhatikan kau menghindarinya sejak malam itu. Dua minggu ini, kau terus menolak ajakan Janhae untuk ke Glasgow House, kau juga menolak diajak ke tempat lain."

Gun membiarkan Saowaros memegang dan menepuk-nepuk lembut punggung tangannya. "Mama, maafkan aku."

Kening Saowaros mengernyit. "Maaf? Kenapa meminta maaf?"

Gun menitikkan air matanya. "Aku jatuh hati pada His Grace, Mama."

"Kau meminta maaf untuk itu?"

Gun mengangguk. "Aku tidak normal, iya, kan?"

Saowaros menggeleng, dan lekas membawa Gun ke dalam pelukannya. "Kau melukai hati Mama dengan mengajukan pertanyaan itu. Miracle, bagaimana bisa jatuh hati menjadikanmu tidak normal?"

"Mama, seorang gentleman harus mencintai seorang lady, bukan gentleman lainnya."

"Miracle, itu—"

Gun menggeleng. "His Grace itu seorang Duke, Mama. Dia adalah wajah Glasgow ini, dia seorang pemimpin, dia harus memiliki keluarga, memiliki keturunan untuk memberi Glasgow ini pemimpin di masa depan, iya, kan?"

The Sun Also SetsOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz