The Sun Also Sets 19/3

131 27 4
                                    

Angin lirih bertiup siulan sungkawa dunia. Salju turun berhamburan tangisan semesta, mewakili Off yang hingga detik ini tidak bersuara, tidak menyerukan rasa sakitnya, tidak menyuarakan kehilangannya, tidak berelegi untuk menunjukkan dukanya.

Namun, meski Off hanya diam, semua yang ada di sana dapat membaca dari bahasa tubuhnya. Pundaknya tidak lagi tegap seperti pembawaannya yang biasa, itu sudah jatuh sejatuh-jatuhnya. Berkali-kali mereka mendengar helaan nafas beratnya, berkali-kali pula mereka melihatnya menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya, menyisir-nyisir rambut yang kemudian dicengkramnya kuat, mengusap-usap wajahnya kasar, sebelum kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.

Off bingung. Semua yang terjadi membuatnya bingung. Semua yang ada di sana menyaksikannya mencoba mengatasi kebingungan itu dengan menaruh angan kosong bahwa semua mungkin hanya mimpi buruknya, sehingga tak ada satu pun dari mereka berani bersuara karena itu akan membangunkannya.

Mereka memberinya sebanyak mungkin waktu, meski mereka tahu waktu tidak akan menyembuhkan Off dari luka kehilangan segalanya. Masa depan yang ia tata tentu kini sudah tak tersisa. Sebab, dia yang hendak diajak melangkah ke masa depan itu memilih melangkah ke tempat yang jauh, sangat jauh, membawa serta cinta yang selama ini menjaganya tetap hidup dan bernafas.

"Sir Tay." Nattharat datang memecah hening yang bernanah duka itu. "Maison de Chloris sudah disiapkan."

Maison de Chloris yang kemudian akan menjadi kediaman abadi Gun berdasarkan permintaan Off satu jam yang lalu, saat terakhir kalinya ia bersuara, karena itu juga terakhir kalinya ia berkesempatan menuruti keinginan kekasihnya yang pernah berkeinginan untuk tidur di antara bunga-bunga.

"Biarkan sebentar." Suara Tay sangat parau.

"Baik, Sir."

Keheningan kembali mengambil alih, tetapi tak berlangsung cukup lama karena ada suara langkah kaki Saowaros yang kini mendekati Off.

"Your Grace..." Off menoleh, dan Saowaros mencoba tersenyum dengan hati yang terus menangis.

Saowaros tahu ada banyak hal yang berkecamuk dalam kepala Off, dan meminta disuarakan dengan lantang.

"Katakan segala yang ingin kau katakan padanya, Your Grace."

Ada banyak, terlalu banyak sehingga Off tidak tahu yang mana yang harus ia biarkan lolos dari mulutnya terlebih dahulu.

Rasa kecewanya?

Rasa marahnya?

Rasa kehilangannya?

Rasa sakitnya?

Rasa-rasa lain yang membunuhnya dari dalam?

Dan akhirnya Off tetap diam sebagai jawaban. Saowaros mengerti bahwa dia tak bisa memaksa. Jadi, dia ikut berlutut di samping Off, mengulurkan tangannya menyentuh pundak pria itu, tetapi tidak yakin apakah ada kekuatan yang terulurkan ke sana sebab saat ini dia sendiri sangat rapuh.

Dia hanya mencoba membantu Off karena dia cukup mengerti susah hati pria itu saat ini. Dia pernah ada di sana, merasakan bagaimana sakitnya kehilangan pasangan, karena anak dan orang tua mungkin memiliki ikatan, adik dan kakak juga demikian, tetapi apa yang dimiliki bersama pasangan itu berbeda. Pasangan adalah tempat berbagi segalanya, termasuk hal yang tak dapat sembarang dibagi bersama orang lain.

The Sun Also SetsWhere stories live. Discover now