"Thou Sun," Said I, "Fair Light" 4/3

186 29 4
                                    

"Tay..."

Tay sedang memeriksa beberapa surat-surat tanah saat Gun melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya.

"Ada apa, Lilbro?"

Gun duduk pada kursi yang ada di depan meja kerja kakaknya. "Kenapa masyarakat tidak menyukai His Grace?"

Kening Tay bergelombang halus. "Kenapa bertanya?"

"Hanya bertanya... masyarakat seperti tidak begitu betah berada di sekitarnya."

"Abaikan mereka, mereka orang gila."

"Tay!" geram Gun. "Aku sedang serius."

Tay mengakhiri kesibukannya, beralih menaruh perhatian penuh pada adiknya. "Tidak semua masyarakat begitu kepada His Grace. Masyarakat yang begitu adalah masyarakat yang menilai kebijakannya merugikan."

"Apa kebijakannya?"

"Kau aneh. Kau di pelayanan masyarakat, tetapi kau tidak mengetahui kebijakan wilayah. Bukankah itu perlu karena berhubungan?"

Gun salah tingkah sesaat. "Aku kan baru di tahun pertamaku. Aku bertanya karena ingin mempelajarinya lebih jauh." Berbohong lagi, berbohong lagi.

Tay mengangguk mempercayai kebohongan itu. "Orang paling tidak menyukai kebijakannya soal tanah."

"Tanah?"

"His Grace membuat kebijakan bahwa tanah yang bersengketa atau tidak jelas kepemilikannya akan dibuatkan surat berada di bawah penguasaan Glasgow House. Menurut sebagian masyarakat ini adalah bentuk keserakahan."

"Bagaimana menurutmu?" Gun percaya pada pandangan kakaknya.

"Itu tidak serakah, Lilbro," jawab Tay. "Tanah yang bersengketa atau tanpa kepemilikan yang jelas ditarik oleh Glasgow House dengan tujuan agar masyarakat tidak terpecah hanya karena tanah saja. Lagipula, His Grace memberi izin sewa tanah dengan sistem upeti," jelasnya.

Gun mengangguk-angguk, mulai mengerti.

"Mungkin masyarakat tidak menyukai sistem upeti ini."

"Karena itulah kukatakan mereka gila," sahut Tay. "Kalau ingin dapat hak, laksanakan kewajiban. Sederhananya tanah milik kita, kalau kita berikan sewa tanpa menerima uang sewa, kita akan rugi. Bagaimana aku akan membayar upeti ke monarki kalau begitu?"

"Benar juga."

Tay tertawa pelan. "Sisa-sisa revolusi masih sangat terasa, kerajaan diwalikan, Parlemen yang membayar utang monarki yang membengkak, koloni merencanakan pemotongan pajak... well, masyarakat tidak begitu peduli sepanjang tidak berdampak langsung kepada mereka, tetapi tetap saja di satu sisi mereka akan menilai pemimpin mereka buruk. His Majesty sudah sampai gila menurutmu salah satu alasannya karena apa?"

Gun menggeleng, tidak memiliki pendapat.

"Karena di tengah kondisinya yang tidak stabil, His Majesty masih harus menerima tekanan karena dianggap menjadi alasan lepasnya koloni di Amerika Utara¹. Menjadi pemimpin tidak pernah mudah, beberapa masyarakat terlalu mengusung konsep utopia, padahal itu selama-lamanya tidak akan terjadi."

Gun menghela nafas, ternyata masalah semacam ini sudah ada sejak masa lampau. Di abad kedua puluh satu juga ia sering membaca berita masyarakat berdemo karena kebijakan yang dikeluarkan pemangku kekuasaan negaranya. Padahal kebijakan tersebut tidak begitu buruk, hanya saja beberapa masyarakat terlalu menuntut kesempurnaan, padahal itu mustahil.

"Kasihan His Grace," lirih Gun.

Tay memicingkan matanya. "Kau tiba-tiba begitu tertarik dengan hal semacam ini. Ada apa?"

The Sun Also SetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang