The Duke and A Gentleman 8/1

151 24 2
                                    

By its very nature as created by God, independently from any choice or determination made by human beings, the human body has the power to express love, to speak in its own 'natural world'...¹

Ladang gandum menghampar, atau sekedar ilalang. Pohon rimbun menjulang, atau sekedar rerantingan. Angin berderu, atau sekedar siutan. Tapal kuda berdepak-depak, atau sekedar derak.

Sesekali ayam berketuk, sesekali puyuh berdengut, sesekali pingai bercereceh. Kadang jangkrik mengerik, kadang katak menguak, kadang kumbang mengumbang.

"Lihat, ada merak!"

Dan kali ini merak mengilai, di hari terakhir perjalanan pulang dari London, membangkitkan antusiasme Gun hingga ia menempel kedua tangannya pada kaca pintu kereta.

"Ílie mou..."

Gun tersenyum ke arah Off. "Ya, Your Grace?"

"Mau turun untuk melihat lebih dekat?"

"Mau."

Kereta kuda itu berhenti, dan Off membuka pintu kereta sendiri, mempersilahkan Gun turun.

"Wah." Gun bernada takjub. "Aku belum pernah melihat merak sungguhan sebelum ini, Your Grace."

"Sungguh?"

"Sungguh."

Off tersenyum. "Kalau begitu, lihat ini." Dia mendekat ke arah merak itu, dan mengentak kakinya sekali.

Mata Gun membulat sempurna tak kala ekor merak itu mengembang, dan ternyata itu jauh lebih lebar, lebih tinggi, dan lebih indah dari perkiraannya.

"Your Grace, itu indah sekali. Bagaimana bisa meraknya langsung mengembangkan ekor seperti itu?"

"Saat mereka merasa terancam, ekornya akan mengembang. Situasi lainnya adalah saat mereka sedang ingin menarik pasangan."

Gun spontan menutup mulut menggunakan kedua tangannya. "Jadi, yang tadi itu adalah tindakan mengancam?"

"Kurang lebih," jawab Off.

"Ish, jahat sekali, itu adalah kekerasan."

Off terkekeh. "Aku bahkan tak menyentuhnya."

"Kekerasan emosional."

"Jadi, aku salah?"

"Salah," jawab Gun.

Off terkekeh lagi. "Haruskah aku meminta maaf padanya?"

Gun mengangguk-angguk sebagai jawaban, dan Off mau tak mau sungguhan meminta maaf pada merak tadi, dan entah unggas itu mengerti atau sekedar kebetulan semata, dia menjauhi mereka berdua sembari mengilai.

"Astaga!" Gun kembali berseru. "Dia merajuk dan bersungut," tambahnya.

"Dia binatang, Sun."

"Binatang juga memiliki perasaan, Your Grace."

"Aku tahu." Off menanggapi. "Tetapi bukan berarti merak itu sedang merajuk sekarang. Dia hanya sudah tak mau lagi berkeliaran di sekitar tempat ini."

Gun mengembus nafas lega. "Syukurlah. Pikirku dia merajuk."

Off hanya bisa tersenyum sebagai reaksi atas cara berpikir Gun, berdiri di sebelahnya dengan mata tak berpindah tempat, terus menatapnya, memperhatikan seberapa cerah senyumannya, menikmati betapa indah tawanya.

"Your Grace, ayo kita lanjutkan perjalanan pulang."

Gun tahu ia sedang ditatap, dan karena ia masih dalam tahap belajar untuk menerima tatapan Off, untuk sekarang itu sesuatu yang membuatnya malu dan salah tingkah, sehingga ia perlu cepat-cepat membuat pengalihan.

The Sun Also SetsWhere stories live. Discover now