"Thou Sun," Said I, "Fair Light" 4/1

178 28 3
                                    

He smiled understandinglymuch more than understandingly. It was one of those rare smiles with a quality of eternal reassurance in it, that you may come across four or five times in life...¹

"Little Gun! Little Gun! Little Gun!"

Gun sedang duduk makan puding susu dengan cita rasa yang cukup aneh menurutnya ketika Janhae datang dan memanggil namanya hingga tiga kali.

"Ada apa? Ada apa? Ada apa?"

Janhae terkekeh, kemudian karena sudah terbiasa, tanpa dipersilahkan oleh tuan rumah, dia duduk bersandar pada bangku di ruang duduk The Anderston.

"Bantulah aku."

Gun menyerah, ia tak bisa lanjut makan puding yang berwarna pucat itu. "Bantuan apa?"

Janhae melepas sarung tangannya. "His Grace akan berulang tahun besok."

"Besok?"

"Ya, tanggal 20 Januari." Janhae menginformasikan.

"Yang keberapa tahun?"

"24... aku bingung hadiah apa yang perlu aku berikan."

Gun tersenyum. "Kenapa bingung? Kan ada banyak pilihan hadiah ulang tahun."

"Masalahnya adalah His Grace sudah memiliki segalanya. Dia seorang Duke, kau tahu."

"Apa yang dia suka?"

Janhae berpikir sesaat. "Banyak hal kurasa; kesenian, berkuda, anggar, buku, menembak, dan lain-lain." Sebutnya satu per satu.

Kepala Gun turun naik. "Berikan dia buku?"

"Dia memiliki perpustakaan di Glasgow House."

"Alat musik?"

"Apa?"

"Cello?"

Janhae menggeleng. "Dia sudah memiliki cello."

Gun menghela nafas. "Biola?"

"Dia sudah memiliknya... Glasgow House memiliki banyak alat musik."

"Apa yang tidak dia miliki?"

"Entahlah," jawab Janhae.

Gun mencoba memilah-milah hadiah yang tepat di kepalanya, tetapi berakhir sama seperti Janhae... bingung.

"Apa, yah, kira-kira?"

Janhae menaikkan bahunya sekali. "Kan aku bertanya padamu, Mate."

"Aku tahu!" Gun mengangkat telunjuknya ke udara.

"Apa?" tanya Janhae bersemangat dan penasaran.

Gun meminta Janhae mengikutinya menggunakan gerakan tangan, dan gadis itu menurutinya. Gun membawa Janhae keluar dari The Anderston, membawanya ke belakang rumah, ke sebuah pondok.

"Mama memberikan pondok ini untuk menjadi pondok kerajinan kayu untukku, sehingga aku bebas berkreasi di sini."

Gun teramat sangat bahagia karena hal tersebut sebab ternyata diri masa lalunya juga berbakat membuat kerajinan kayu, dan ibunya sangat mendukungnya.

"Lalu?"

Gun mendorong pintu pondok itu. "Ada kayu yang bisa dipahat dan diukir, aku akan mengukirnya, jadi kau bisa memberinya untuk His Grace sebagai hadiah."

"Sungguh?" Janhae terdengar senang.

"Sungguh... kau mau bentuk apa?"

"Kau bisa membuat yang bagaimana?"

The Sun Also SetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang