Embrace The Chords 3/1

153 25 4
                                    

Love is only a word, until someone arrives to give it meaning...¹

Bersin pertama...

Bersin kedua...

Bersin ketiga...

"Sepertinya memperjuangkan kemerdekaan Skotlandia telah membuat King Robert I terkena flu."

Gun, Tay, dan ibu mereka, Saowaros sedang duduk bersama di ruang duduk The Anderston. Tay sedang duduk berpangku kaki sembari membaca koran, sementara Gun duduk meringkuk di dekat perapian sembari punggungnya digosok-gosok minyak oleh Saowaros.

"Berhentilah menggoda adikmu, Tay," ujar Saowaros dengan tangan terus menggosok-gosok punggung putra bungsunya.

"Iya, tuh," sahut Gun. "Aku kan sedang sakit begini."

Tay mencoba untuk tidak tertawa mendengar suara adiknya yang menjadi aneh sekali karena sedang flu.

Sejak semalam, Gun memiliki satu aktivitas favorit... melesit ingus, membuangnya ke dalam ember kayu yang disediakan khusus untuknya.

"Baiklah, King Robert I, maafkanlah hamba."

"Tay!" Melesit ingus.

Saowaros menggeleng-geleng. "Dia sudah cukup kesal karena terkena flu, Tay. Jangan merusak suasana hatinya."

Melesit ingus. "Iya, tuh." Melesit ingus.

Dari ujung hingga ujung The Anderston penuh dengan suara Gun mengeluarkan ingusnya yang terus menumpuk di dalam lubang hidungnya, menghalanginya untuk bernafas dengan lega.

"Ibu, kurasa embernya perlu diganti, ingusnya sudah banyak."

Gun memicingkan mata menatap kakaknya. "Ejek saja terus."

Tay membalik halaman korannya. "Kau memang jarang sekali memikirkan resiko perbuatanmu dengan matang, seakan jatuh dari balkon dan menindih His Grace belum cukup. Kau berperang di halaman tempat tinggalnya sampai terkenal flu."

"Bahas saja terus," timpal Gun kesal... melesit ingus.

Saowaros menambah satu lagi kain untuk menyelimuti Gun, mendorong masuk kayu di perapian yang sudah tidak termakan api.

"Lain kali jangan bermain-main salju lagi, kau tahu dirimu sensitif kala musim dingin, Miracle."

Gun mengangguk-angguk. "Aku hanya sangat bahagia kemarin, Mama. Permainan kami sangat seru."

"Mama tahu," tanggap Saowaros. "Tetapi kau jadi flu begini."

"Kau mengingusi seluruh rumah ini," imbuh Tay terus menggoda adiknya.

"Belum saja kuingusi dirimu juga." Gun tak mau kalah.

Tawa Tay terdengar. "Menjauh dariku, aku tak mau tertular."

Gun berdesis. "Dasar, mentang-mentang dirimu adalah seorang kakak."

"Siapa suruh kau lahir terlambat."

"Mama," Gun merengek ke Saowaros, "kenapa dia sangat menyebalkan?"

"Tay tidak selalu menyebalkan."

"Mama seharusnya di pihakku."

Saowaros terkekeh. "Mama di pihak putra-putra Mama. Sekarang, biarkan Mama menuangkan minyak ini di ubun-ubunmu."

Tay sudah selesai dengan korannya, lalu meraih koran yang lainnya lagi, dia memang suka membaca koran. "Oleskan ke seluruh badannya, Ibu. Setelah itu masukkan dia ke wajan."

The Sun Also SetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang