Sun With An 'S' Not A 'G' 11/2

123 26 1
                                    

Tay berpeluh keringat di balik shirt tipis yang lengannya sudah digulung saat dia masuk ke dalam rumah, berpapasan dengan Kwang yang sedang sibuk mengganti tirai.

"Kwang, mengganti tirai?"

"Iya, Sir," jawab Kwang.

"Ibu masih di rumah tenun?"

Kwang mengangguk. "Masih, Sir."

"Gun?"

"Baru saja ke pondok kerajinan kayu, Sir."

"Baiklah."

"Perlu saya siapkan air untuk mandi, Sir?" tanya Kwang.

Tay menggeleng. "Aku hanya ingin mengambil stempel," jawabnya.

"Baik, Sir."

Tay melangkah menuju ruang kerjanya untuk mengambil stempel yang lupa dia bawa tadi padahal benda itu dibutuhkan untuk beberapa hal yang berkaitan dengan perjanjian sewa tanah.

"Ini kering?" Tay mengembus nafas penat. "Aku lupa memerintahkan Chinnarat untuk membeli persediaan tinta."

Tay berpindah ke kamar Gun karena dia yakin adiknya itu memiliki tinta yang bisa dia pakai untuk membasahi stempel karena adiknya gemar menulis.

"Di mana dia menyimpan tinta miliknya?"

Tay membuka satu per satu laci meja belajar adiknya, dan pada laci kedua, dia tidak menemukan apa yang dibutuhkannya. Dia menemukan sesuatu yang cepat membuatnya tertarik dan penasaran.

"Heart-shaped box?" Tay tersenyum miring. "Kapan dia memiliki benda ini?"

Tay mengambil kotak berbentuk hati itu dari tempatnya dengan dugaan itu adalah kotak peralatan tulis yang baru milik Gun. Dia lalu membukanya, dan mengernyit mendapati ada banyak surat di dalamnya.

"Surat-surat apa ini?"

Tay tahu itu akan melanggar privasi adiknya, tetapi dia merasakan dorongan yang terlalu kuat, teramat sangat kuat untuk membuka satu dari semua surat itu, dan membacanya.

Pemilik surat-surat itu tentu akan marah jika tahu surat-suratnya dibaca tanpa izin, dan saat ini ia sedang bersenandung masuk ke dalam rumah, suasana hatinya sedang begitu bahagia.

"Kwang, mengganti tirai?"

Kwang mengangguk dan tersenyum. "Iya, Sir Gun. Sudah selesai dengan kerajinan?"

Gun menggeleng. "Belum. Aku ingin mengambil buku sketsaku, aku lupa."

"Baiklah, Sir."

Gun lanjut bersenandung dan melangkah menuju kamarnya, mengernyit karena ia mendapati pintu kamarnya tidak tertutup rapat padahal ia ingat dirinya selalu menutup rapat pintu kamar.

Awan bahagia yang memayunginya berubah menjadi keterkejutan dan kepanikan saat ia mendapati Tay ada di dalam kamarnya. Duduk di kursi belajarnya, dan di atas meja ia melihat heart-shaped box miliknya terbuka, bersama dengan beberapa lembar surat yang juga terbuka.

Tay menatap Gun dengan tatapan yang tak pernah ia dapat sebelumnya. "Jelaskan padaku." Suaranya juga demikian.

Gun merasakan tangannya gemetar. "Tay, itu—"

"Surat-surat ini... jelaskan padaku apa maksud isi surat-surat ini."

"Tay..." Gun tidak tahu harus berkata apa-apa, ia yakin Tay sudah membaca isi surat-surat dari Off.

Tay memang sudah membaca beberapa surat, dan cukup untuk membuatnya tahu bahwa adiknya berhubungan dengan Duke of Glasgow. Bahwa semua gosip itu benar adanya.

The Sun Also SetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang