The Sun Rises 2/1

160 27 2
                                    

Everything carries me to you,
as if everything that exists,
aromas, light, metals,
were little boats
that sail
toward those isles of yours that wait for me...¹

Ternyata tidur, bangun, tidur, bangun itu tidak seefektif perkiraan Gun, karena itu tidak membuat waktu berjalan cepat seperti harapannya. Sekarang masih tanggal 10 Desember, masih ada Januari, Februari, Maret, April, dan Mei yang perlu dihadapinya sampai musim panas itu tiba, dan ia bisa kembali ke London... rumahnya.

Gun tidak tahu apakah ia dapat bertahan sampai musim panas itu tiba tanpa menjadi gila memikirkan segala yang terjadi. Segala sesuatu terlalu di luar kemampuan menalarnya, membuatnya sering menghabiskan waktu memandang ke luar, bertanya-tanya apakah benar bahwa langit yang dipandangnya merupakan langit abad kesembilan belas, dan bukannya kedua puluh satu.

"Sir Gun, jangan duduk di depan jendela yang terbuka seperti itu, Anda sensitif jika terlalu dingin, Sir."

Gun tidak pernah keberatan dengan keberadaan salju, ia juga sedang terlalu banyak beban pikiran untuk bisa peduli dengan serpihan putih tersebut yang memutuskan mendarat pada permukaan kulit wajahnya. Ia bahkan tidak bergeming saat Kwang menarik jendela, dan menutupnya.

"Kenapa melamun, Sir? Anda sudah sering melamun beberapa hari ini," tanya Kwang.

Gun menghela nafas, tidak bisa memberitahu alasannya melamun karena Kwang tidak akan mengerti, tidak akan ada yang mengerti jika ia mengatakan segala yang terjadi. Semua orang akan berpikir seperti dokter dan Uskup, bahwa dirinya antara kerasukan atau gila.

Sebenarnya gila kata yang tepat, tepat untuk menggambarkan hidupnya. Jelas gila bahwa ia jatuh di tahun 2013, dan bangun di tahun 1812. Jelas gila bahwa ia jatuh di London, dan bangun di Glasgow.

"Sir Gun?"

"Aku tak apa, Kwang."

Kwang selalu mendapatkan jawaban itu setiap kali bertanya kenapa tuannya sering sekali melamun, dan meski dia khawatir, tetapi dia memutuskan untuk tidak memaksa Gun untuk cerita. Pun, dia menduga Gun pasti memikirkan segala cerita yang beredar tentangnya, tentang ia yang jatuh menindih The Duke.

Topik itu sudah bertahan selama seminggu ini, bahwa si bungsu Vihokratana, keluarga tuan tanah Anderston yang terhormat itu melakukan sesuatu yang tidak terhormat. Ia jatuh dari balkon, dan menindih Duke of Glasgow yang tengah minuet.

"Baiklah, Sir. Saya akan kembali mengurus beberapa pekerjaan rumah. Jika Anda butuh sesuatu, katakan saja kepada saya."

Gun mengangguk, tersenyum tipis. "Terima kasih."

"Sama-sama, Sir."

Sepeninggalan Kwang, Gun kembali memandang langit yang berkabut di luar sana, memperhatikan salju yang menari-nari di udara. Sesekali ia terdistraksi oleh kerotak tapal kaki kuda, dan bunyi roda-roda kereta kuda yang khas lewat di depan rumahnya. 

Sesekali oleh orang-orang yang lewat, kemudian melirik ke arahnya sebelum kemudian tertawa sembari berbisik-bisik, jelas membicarakannya.

"Little Gun!"

Gun berhasil dibuat kaget oleh suara yang memanggilnya dengan lantang itu. Ia menoleh ke arah pintu, mendapati seorang gadis cantik dengan dress biru bermotif primrose.

Ia tidak kenal gadis itu. Namun, gadis itu jelas mengenalnya, sangat mengenalnya karena sekarang dia bahkan sudah memeluk dirinya.

"Aku sudah pulang dari Stirling... duh, ada salju di rambutmu, tahu."

The Sun Also SetsWhere stories live. Discover now