The Sun Rises 2/3

162 28 12
                                    

Off menempatkan anak caturnya pada bidakan yang kemudian membuat New kalah telak alias skakmat.

"Oh come on!" geram New. "Aku sudah kalah tiga kali."

Off berkedik bahu. "Kau tahu aku jagonya main catur."

"Ayo, mulai dari awal. Kali ini aku pastikan aku yang akan menang."

"Kau yakin?" Off bernada meremehkan. "Aku khawatir kau akan kalah lagi."

"Jangan terlena kemenanganmu, Your Grace. Kau tidak tahu apa saja bisa terjadi selanjutnya."

"Good afternoon!"

Off dan New kompak menoleh mendengar suara Janhae yang menggelegar ke seluruh penjuru ruang duduk Glasgow House. Adik kesayangan mereka itu memang luar biasa lantangnya, dan dia sedikit tidak terlalu lady untuk ukuran seorang lady.

Lihat saja teman baiknya adalah laki-laki, yang sekarang sedang dia bawa ke Glasgow House.

"Oh astaga!" Janhae berseru. "Tanganku pegal sekali menggesek biola."

"Jangan main biola kalau begitu," sahut New.

Janhae tak mengindahkan hal itu. "Lihat siapa yang aku bawa. Perkenalkan dua teman baikku, Gun dan Harit."

New menghela nafas. "Kalian berdua baik-baik saja berteman dengannya?"

Harit mengangguk, sementara Gun dalam posisi stagnan. Dia terlampau terkejut melihat New.

Itu benar-benar New, sahabatnya, tak ada yang berbeda kecuali bahwa dia terlihat sangat gagah dengan pakaian bangsawan. Selebihnya, itu adalah New.

"Yang mana Harit, yang mana Gun?"

"Aku Harit." Harit mengangkat tangannya.

New mengangguk. "Maka yang ini pasti Gun—New Thitipoom Teechapaikhun."

Harit berjabat tangan terlebih dahulu dengan New, sementara Gun berhasil membuat mereka semua heran karena dia masih membisu. Terutama setelah mendengar nama New yang berbeda belakangnya saja.

"Gun?"

"Eh, iya aku... eh, aku Gun Atthapan Vihokratana."

"Kau yang jatuh menindih His Grace, bukan?"

Gun merah padam karena malu. "Iya..."

New terkekeh. "Tak usah malu, aku hanya bertanya. Kau tak apa? Balkonnya lumayan tinggi."

Gun tersenyum, melirik ke arah Off. "Syukurnya ada His Grace. Jika tidak, sudah pasti aku patah tulang rusuk, apalagi hidungku," tukasnya.

"Bagaimana dengan tulang His Grace?" tanya New dengan niat bercanda.

"Eh." Gun terkesiap. "Maaf," sesalnya.

"Tak apa," sahut Off.

"New, aku ingin meminta bantuanmu." Janhae kembali mengambil kesempatan berbicara. "Ajari Gun bermain oboe."

"Kenapa aku?"

"Kau kan anggota orkestra Oxford," jawab Janhae.

New berdesis. "Itu sudah lama sekali."

"Ayolah, bantu dirinya. Dia tidak akan ikut oratorio nanti, maka aku dan Harit juga tidak akan ikut," bujuk Janhae.

"Dasar domba."

"Domba?" Harit mewakili rasa penasaran mereka akan maksud perkataan New.

New mengangguk. "Kalian bertiga seperti domba, berbondong-bondong. Satu masuk jurang, semua ikut."

The Sun Also SetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang