Embrace The Chords 3/3

164 27 4
                                    

Gun berkali-kali menghembuskan nafas, berkali-kali menggosok-gosokkan tangannya pada pantalon biru tua yang dipakainya, berkali-kali menelan ludah.

Dia mengintip melalui lubang-lubang kecil ke bagian dalam Gereja, semakin banyak orang bermunculan mengisi bangku demi bangku panjang di sana, semakin gugup dirinya.

"Kau gugup?" Janhae bertanya sembari melakukan sesuatu pada biolanya.

Gun mengangguk. "Sangat. Bagaimana jika aku mengacaukan pertunjukan malam ini?"

"Hush!" Janhae berceletuk demikian. "Jangan katakan itu."

"Aku sangat gugup, Janhae." Ini adalah pertunjukan perdana Gun, meski dalam ingatan orang lain, ini bukan pertunjukan pertamanya.

"Bernafaslah sebanyak mungkin—Harit, berhenti menggosok rosin¹, kau bisa-bisa merusak hair bow biola itu!"

Harit langsung berhenti setelah ditegur oleh Janhae. "Aku takut biolanya nanti tidak menghasilkan bunyi yang baik."

"Memang tidak jika kau terus memakaikannya rosin. Apa kau bahkan sudah menggores rosinnya terlebih dahulu?" tanya Janhae.

"Belum."

Janhae berdecak kesal. "Sudah kukatakan, gores-gores rosinmu terlebih dahulu agar hasilnya maksimal," gerutunya.

"Iya, iya," timpal Harit.

"Kemarikan rosin itu."

Harit meyerahkan rosin pada Janhae, kemudian gadis itu melepas bros dari bagian depan gaunnya, dan menggores-gores rosin dengan ujung peniti bros itu sebelum menggeseknya dua sampai tiga kali pada hair bow biola.

Dia merasakan tekstur hair bow biola itu menggunakan jemarinya. "Sudah pas. Ini akan berbunyi dengan baik."

Gun tersenyum, dia selalu bisa melihat betapa berbakat Janhae dalam bermusik, betapa gadis itu selalu mengerti segala yang perlu dan tidak perlu terkait dengan pertunjukan mereka malam ini.

"Gun, sudah pasang reed-mu?"

"Sudah."

Janhae tersenyum. "Yang ukuran sedang?"

Gun mengangguk. "Yang ukuran sedang, tengahnya berwarna merah."

"Good. Semua akan baik-baik saja, percaya saja pada dirimu. Kau sudah berlatih keras selama ini."

Gun memang berlatih begitu keras selama ini. Sebelum latihan di Gereja, dia akan latihan terlebih dahulu di rumahnya, dari Gereja, dia akan langsung ke Glasgow House untuk latihan bersama New, dibantu oleh Harit dan Janhae.

Mungkin itu alasan mengapa Gun gugup, dia dibantu banyak orang, dan itu membuatnya tidak ingin melakukan kesalahan karena rasanya akan sia-sia saja segala bantuan yang dia dapatkan.

Gun menggenggam erat oboe-nya. "Do your best, Gun."

"Attention, please!" Lady Sukchum bersuara lantang. "Bangku-bangku sudah penuh, sudah saatnya kalian masuk. Ingat, harus tertib sesuai yang latihan kita selama ini."

Mereka mengangguk tanda paham, lalu masuk dengan membawa alat musik masing-masing, kecuali untuk alat musik yang berukuran besar seperti cello dan cembalo karena telah disediakan di panggung.

Gun mengambil posisinya, rasa gugupnya semakin tak bisa dia kendalikan saat melihat banyaknya orang di sana. Wajah-wajah yang tak dikenalnya—kecuali beberapa orang—melihat ke arahnya dan yang lain, menunggu-nunggu dalam harapan akan mendengar suatu pertunjukan musik yang luar biasa.

Gun berharap dia tidak akan mematahkan harapan para penonton.

"Dia gugup." New berbisik kepada Off yang duduk di sebelahnya.

The Sun Also SetsWhere stories live. Discover now