Never The Same Love Twice 16/2

107 21 1
                                    

"Miracle..."

"Ya, Mama?"

Saowaros duduk di dekat perapian, tempat Gun sedang duduk sembari memoles-moles cat pada kerajinan kayunya.

"Masih mengerjakan hadiah untuk His Grace?"

Gun mengangguk. "Iya, Mama. Ulang tahunnya besok."

"Sudah hampir selesai?" tanya Saowaros lagi.

"Sudah, Mama," jawab Gun.

"Itu seorang pria yang menunggang kuda, iya, kan?"

Gun mengangguk. "Ini adalah His Grace," katanya.

"Wah." Saowaros merasa takjub. "Kau sangat berbakat, Miracle. Itu detail sekali."

"Meski wajahnya tentu tidak begitu mirip karena ini bukan kerajinan tanah liat, tetapi ini adalah representasi His Grace. Dia paling gagah saat berkuda."

Saowaros terkekeh. "Kau selalu memuji dirinya."

"Dia kekasihku, Mama. Aku harus memujinya."

"Baiklah."

Tay muncul, sama seperti sebelum-sebelumnya, sejak seminggu lalu, dia tidak bersemangat, dan begitu lesuh.

"Tay..."

"Ya, Ibu?"

"Kemarilah. Duduk di sebelah Ibu."

Tay mengiyakan, kemudian duduk di sebelah ibunya.

Saowaros memiringkan duduknya beberapa derajat. "Ada apa, Nak? Kau nampak lesuh sejak seminggu lalu."

Tay tersenyum, bahkan senyumannya juga lesuh. "Tidak apa-apa, Ibu," jawabnya.

"Tay, Ibu tahu kau berbohong."

"Tidak sama sekali, Ibu."

Saowaros menghela nafas. "Ibu sangat sakit hati melihat kau begini. Jika ada yang membebanimu, kau harus berbagi dengan kami."

Gun mengangguk setuju. "Benar."

Tay tersenyum. "Kau sudah selesai membuat hadiah untuk His Grace?"

"Hanya perlu dicat saja."

"Baguslah." Tay mengacak-acak rambut adiknya. "Berbahagialah selalu. Tidak mudah bagiku untuk membiarkanmu berhubungan dengannya. Namun, aku percaya dia jauh lebih mampu melindungimu dibanding aku."

Saowaros dan Gun menatap Tay dengan tatapan heran.

"Kenapa kau mengatakan itu?"

"His Grace jauh lebih bisa melindungimu, dia tidak pengecut seperti aku, Lilbro."

"Kata siapa kau pengecut?"

Tay tersenyum. "Kataku—sudah, jangan dipikirkan. Intinya adalah kau harus berbahagia."

Gun balas tersenyum. "Aku bahagia, kok, bersamanya. Sangat bahagia."

"Dasar bocah," sahut Tay.

"Aku 19 tahun, Sir."

"Aku 24 tahun."

"Sok tua."

Tay terkekeh. "Memang aku tua. Lebih tua darimu."

Saowaros tersenyum karena akhirnya bisa melihat Tay dan Gun berbicara lebih santai. Memang selama ini kedua putranya masih berbicara kepada satu sama lain, tetapi mereka jarang bercanda, saling meledek, atau berdebat kusir. Bahagia melihat keduanya kembali seperti sedia kala.

The Sun Also SetsWhere stories live. Discover now