3. Bidal Wijaya

16.9K 856 98
                                    

"Ahh... selamet deh gue" keluh Sabrina menggeletakkan badannya pada bangku taman.

Sabrina membenarkan duduknya yang tadi nyaris seperti tiduran. Ia membuka genggamannya, satu pack rokok. Sabrina hanya memandanginya, dengan tak sadar, bibir mungilnya itu mengerucut tak suka.

Ia hanya meratapi rokok itu. Ternyata merokok adalah bagian dari kegiatan Sastra. Oh, Sabrina sungguh benci dengan asap. Asap rokok.

Perlahan, ia membuka bungkus rokok berwarna biru itu,

"Tinggal enam." Gumamnya sembari menutup bungkus rokok dan menaruhnya di samping kanan.

Ia menyandarkan punggungnya sepenuhnya, melonjorkan kakinya yang menapak tanah, dan mendongak menatap langit yang nampak cerah dari sela sela daun pepohonan di sekitarnya. Perlahan, Sabrina menutup matanya. Mencoba menikmati matahari dari naungan pohon.

"Di sini sejuk."

Sabrina dikejutkan suara bariton dari arah belakangnya, lantas ia menengok ke sumber suara, dan mendapati pemandangan menawan. Seseorang pembawa kedamaian.

"Aldo!!" Ujar Sabrina senang memandangi Aldo yang mendekat ke arah Sabrina.

Mengingat rokok milik Sastra, secepat kilat, ia langsung menangkupnya yang masih tergeletak di bangku, dan memasukkannya ke dalam kantung rok sebelum Aldo menyadari dan menduduki sisa bangku bercat putih itu.

"Upah hukuman." Ujar Aldo tersenyum tipis sembari menyodorkan bawaannya pada Sabrina.

Lantas raut wajah Sabrina mengembang girang. Pikiran kacaunya terbuang, ia sangat suka ini. Es Krim dan Crepes.

Senyum Sabrina yang tak terbendung itu, membuat Aldo tak bisa memalingkan pandangannya pada wajah Sabrina. Dan sayangnya, hal itu membuat Aldo tak mau mengubris senyum dari para gadis penggemarnya. Ia hanya menerima dan menikmati senyuman ibunya, Sabrina, dan adik perempuannya, Tara.

Tanpa menawari Aldo, Sabrina langsung menikmati eskrimnya. Mencolek crepesnya pada eskrim cokelat yang sungguh menyegarkan jiwa.

"Sengaja beliin yang cokelat,"

Sabrina menoleh ke Aldo, lidahnya masih melumat es krim coklatnya, ia memincingkan alisnya seolah olah bertanya kenapa?

"Gua inget waktu itu, lo ngebuang topping buah strawberry dari pancake pemberian Diego. Gue rasa lu nggak suka" Ujar Aldo yang masih menikmati wajah Sabrina yang kian lucu dengan noda es krim di bibirnya. Oh sungguh menggoda rasanya.

Sabrina mengembangkan senyumnya. Masih saja sahabatnya yang satu ini, mengingat kejadian empat tahun silam yang menyebalkan baginya.

"Lu tau kenapa gua nge buang strawberry itu?" Sabrina menyudahi eskrimnya sejenak.

Aldo menggelengkan kepala, ia masih setia dengan senyum tipis dan pandangan matanya yang melekat pada wajah Sabrina.

"Menurut gue, strawberry itu menandakan cinta. Gua nggak suka dikasih cinta sama Diego." Lanjut Sabrina sembari mengembangkan senyum dan kembali menikmati es krim coklatnya yang mulai meleleh.

Aldo menautkan alisnya, "tahu kaya gitu, gua beliin lu yang strawberry." Gumam Aldo,

"Gimana?" Sabrina menengok pelan kepada Aldo, ia meminta pengulangan.

"Engga." Aldo mengulurkan tangannya, mengusap bibir Sabrina yang belepotan karna es krim sembari mengumbar senyum tipisnya "besok gua beliin yang strawberry"

Sabrina hanya membalas senyuman tipis, dan menepis tangan Aldo secara sopan.

'Ayooo!! Sikattt!!'
'Hajarr sampai habisss!!!!'
'Ayo Sasss!!!sikattt!!!'

SABRINA & SASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang