15. Flashback

13K 583 10
                                    

-Saling sayang yang mampu buat kita bertahan-

Sabrina duduk di balkon kamarnya. Melaraskan kakinya yang masih terasa sakit. Udara segar yang menghembus kulit masih sama seperti dahulu waktu ia masih gadis. Spesifiknya gadis lajang, sebenarnya sampai sekarang ia juga masih gadis. Sastra yang badboy itu sama sekali tak meminta aneh-aneh. Palingan hanya ciuman yang jarang dilakukan.

Walau dengan diam-diam Sastra mengecup kening Sabrina dipagi hari sebelum ia terbangun.

Sabrina mengaduk minuman coklat panas yang sengaja ia buat sebelum bersantai di balkon. Besok tidak libur, tapi Sabrina tetap santai.

Antara tidak peduli, tidak ada kerjaan atau penikmat malas gerak.

"Ternyata suasananya nggak berubah. Masih sama kaya dulu," Gumam Sabrina, "Kirain jadi horor."

Sabrina menyeruput coklat panasnya.

"Anak LB ya lo?" Suara hexos seseorang dari seberang balkon. Sabrina menoleh.

"Siapa kamu?"

Sabrina memang tak dapat melihat dari seberang balkon. Memang keadaan balkon seberang gelap, tak diterangi lampu.

Sabrina sedikit memekik saat seseorang mengarahkan senter ke wajahnya.

"Iya lo anak LB." Ucap laki-laki itu lalu menerangi wajahnya sendiri, "Ga kenal gue?"

Sabrina mengernyit,

"Bidal. 12 Ips dua." Ucap Bidal memperkenalkan diri.

Sabrina ngangguk paham, ya memang sebenarnya ia sudah paham saat Bidal menyenter ke arah wajahnya.

"Kaki lo kenapa diperban?" Tanya Bidal sambil memandangi kaki Sabrina dari kejauhan.

"Kesleo" Jawab Sabrina.

Bidal mengangguk-angguk tanda mengerti, ia lalu melihat sekitar balkonnya seperti mencari-cari.

"Kamar yang lo pake sering gelap. Lo kesini nginep apa pindah kamar apa gimana?" Tanya Bidal sembari menyeret kursi ke bawah naungan lampu yang mati.

"Nginep aja." Ucap Sabrina singkat.

Bidal ngangguk sambil tersenyum, ia langsung menaiki kursi yang ia seret tadi dan berdiri di atasnya. Sambil membawa senter nyala dan lampu neon baru.

"Ribet banget sih," Bidal ngomel, dan Sabrina hanya mengamati manusia yang ada diseberang balkonnya.

Bidal noleh ke Sabrina, "Lo mau bantuin gue masang lampu nggak?"

Sabrina mencincing alisnya, "Caranya?"

Bidal diam sejenak dengan posisi anehnya, yang berdiri di atas kursi dan mengampit senter di ketiaknya.

"Senterin gue ya, gelap nih."

"Apanya yang disenter?"

"Muka gue yang ganteng"

Hmm...

"Ya kan lo tau gue mau masang lampu neon, senterin ke arah ini" Ucap Bidal sambil menunjuk ke atas.

"Oh," Sabrina ngangguk, "Tapi aku nggak punya senter"

"Nih pakai senter gue," Bidal langsung melempar senternya dengan tak berdosa. Dasar gila. Untung saja lemparan Bidal pas dipangkuan Sabrina, dengan tanggap Sabrina langsung menangkapnya. Dan mengumpat dalam hati.

Dasar Bule edan

Sabrina menyalakan sorot lampu senter, "Sekarang kak?"

"Entar, pas gue terjun ke bawah"

SABRINA & SASTRAحيث تعيش القصص. اكتشف الآن